Sabtu 23 Mar 2024 12:40 WIB

Ilmuwan Kembangkan Lolipop untuk Mendeteksi Kanker Mulut

Diagnosis kanker mulut masih melalui pemasangan kamera di ujung selang melalui hidung

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Ilustrasi lolipop. Ilmuwan mengembangkan lolipop yang dapat mendeteksi kanker mulut.
Foto: Freepik
Ilustrasi lolipop. Ilmuwan mengembangkan lolipop yang dapat mendeteksi kanker mulut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan dari Universitas Birmingham di Inggris sedang mengembangkan "lolipop" yang bisa membantu mendeteksi kanker mulut. Dengan begitu, pasien tidak perlu diperiksa menggunakan metode yang menyakitkan dan invasif. 

Dikutip dari laman Independent, Sabtu (23/3/2024), para peneliti menerima dana 350 ribu poundsterling (sekitar Rp 6,97 miliar) untuk membuat prototipe lolipop itu. Dana diberikan oleh Cancer Research UK dan Engineering and Physical Sciences Research Council.

Baca Juga

Permen "lolipop" dibuat menggunakan bahan yang disebut smart hydrogel, yang sebelumnya sudah dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Birmingham. Tim saat ini sedang mencari kelompok fokus untuk menentukan rasa lolipop tersebut.

Idenya adalah membuat pasien menghisap lolipop, sehingga memindahkan sampel air liur ke dalam hidrogel. Para peneliti mengatakan bahwa hidrogel bertindak seperti jaring ikan dengan "menangkap" protein bersama dengan air liur, yang dapat menjadi penanda biologis kanker.

"Jaring" tersebut nantinya dapat dibuka di laboratorium untuk melepaskan protein untuk dianalisis. Profesor biosensor di Universitas Birmingham, Ruchi Gupta, mengatakan smart hydrogel memiliki potensi yang sangat bagus untuk mendiagnosis kanker mulut.

"Kami sangat bersemangat untuk memulai tahap berikutnya dari proyek ini. Kami berharap dapat menjadi yang pertama membuat perangkat yang lebih mudah digunakan untuk mendiagnosis kanker mulut bagi pasien dan lebih mudah digunakan oleh dokter," kata Gupta.

Saat ini, diagnosis kanker mulut masih dilakukan dengan memasang kamera fleksibel di ujung selang melalui hidung atau mulut dan melakukan biopsi untuk pengujian. Prosedur ini bersifat invasif, menyakitkan, dan memakan waktu, serta memerlukan keahlian khusus ahli endoskopi. 

Direktur eksekutif penelitian dan inovasi di Cancer Research UK, Iain Foulkes, mengatakan biopsi dan nasoendoskopi memang merupakan standar emas untuk mendiagnosis kanker mulut. Namun, butuh keterampilan tinggi untuk melakukannya dan dapat terasa tidak menyenangkan bagi pasien.

"Kami menginginkan tes alternatif yang akurat, cepat, dan ramah yang dapat membantu mendiagnosis kasus kanker mulut lebih cepat. Proyek ini merupakan langkah awal yang menarik menuju cara baru mengidentifikasi kanker mulut secara dini," ujar Foulkes.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement