Selasa 23 Jan 2024 13:15 WIB

Studi: Perubahan Iklim Bisa Kurangi Harapan Hidup Hingga Enam Bulan

Suhu dan curah hujan menyebabkan krisis kesehatan bagi masyarakat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Dampak perubahan iklim dapat mengurangi enam bulan dari rata-rata umur manusia.
Foto: Pixabay
Dampak perubahan iklim dapat mengurangi enam bulan dari rata-rata umur manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak perubahan iklim dapat mengurangi enam bulan dari rata-rata umur manusia, menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal akses terbuka PLOS Climate. Penelitian ini dipimpin oleh Amit Roy dari Shahjalal University of Science and Technology dan The New School for Social Research, AS.

Suhu dan curah hujan -dua sinyal perubahan iklim- menyebabkan banyak sekali masalah kesehatan masyarakat. Mulai dari yang akut dan langsung seperti banjir dan gelombang panas, hingga yang tidak langsung namun tetap menghancurkan misalnya, penyakit pernapasan dan mental. Meskipun dampak-dampak tersebut dapat diamati dan didokumentasikan dengan baik, penelitian yang ada belum menunjukkan hubungan langsung antara perubahan iklim dan angka harapan hidup.

Baca Juga

Untuk memperjelas hubungan ini, penulis mengevaluasi data suhu rata-rata, curah hujan, dan angka harapan hidup dari 191 negara dari tahun 1940-2020, dengan menggunakan PDB per kapita untuk mengontrol perbedaan drastis antar negara.

Selain mengukur dampak suhu dan curah hujan yang terisolasi, penulis merancang indeks perubahan iklim komposit yang pertama kali ada, yang menggabungkan kedua variabel tersebut untuk mengukur tingkat keparahan perubahan iklim secara menyeluruh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara terpisah, peningkatan suhu global sebesar 1 derajat Celcius dikaitkan dengan penurunan rata-rata harapan hidup manusia sekitar 0,44 tahun, atau sekitar enam bulan dan satu pekan. Peningkatan 10 poin dalam indeks perubahan iklim komposit, yang memperhitungkan suhu dan curah hujan, diperkirakan akan menurunkan rata-rata harapan hidup sebesar enam bulan. Perempuan dan individu di negara berkembang akan terkena dampak yang lebih besar.

“Saya berharap, indeks perubahan iklim komposit ini akan menstandarisasi pembicaraan global tentang perubahan iklim, menjadi metrik yang dapat digunakan oleh masyarakat awam. Juga mendorong kolaborasi dan bahkan kompetisi yang bersahabat di antara negara-negara untuk memerangi dampak perubahan iklim,” kata Roy seperti dilansir Phys, Selasa (23/1/2024).

Mitigasi emisi gas rumah kaca dan adaptasi terhadap lingkungan yang berubah merupakan hal yang sangat penting, menurut Roy. Untuk melengkapi pendekatan berskala besar ini, ia menyarankan penelitian-penelitian lebih lanjut yang bersifat lokal dan mempertimbangkan kejadian cuaca buruk tertentu (misalnya kebakaran hutan, tsunami, dan banjir), di mana dampaknya tidak dapat sepenuhnya ditangkap melalui analisis suhu dan curah hujan saja.

Roy menambahkan, ancaman global yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap kesejahteraan miliaran orang menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengatasinya sebagai krisis kesehatan masyarakat.

“Seperti yang diungkapkan oleh penelitian ini, yang menekankan bahwa upaya mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan inisiatif proaktif sangat penting untuk melindungi harapan hidup dan melindungi kesehatan populasi di seluruh dunia,” jelas Roy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement