Jumat 20 Oct 2023 15:40 WIB

LSF: Pemerintah Harus Mendukung Industri Film Seperti di Korea

Pesatnya pertumbuhan industri film di Korea menjadi inspirasi bagi negara lain.

Rep: Umi Nur Fadhilah / Red: Friska Yolandha
Festival Director Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2023, Rivki Morais, dalam konferensi pers di CGV Grand Indonesia Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Foto: Dok KIFF
Festival Director Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2023, Rivki Morais, dalam konferensi pers di CGV Grand Indonesia Jakarta, Kamis (12/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Rommy Fibri Hardiyanto mengungkapkan apresiasi yang mendalam terhadap upaya Korea dalam mengembangkan industri film dan budaya mereka selama lebih dari dua dekade. Rommy mengatakan Indonesia perlu mencontoh kesuksesan Korea dalam mengembangkan sektor film dan budayanya dengan dukungan kuat dari pemerintah.

“Lebih dari 20 tahun pemerintahan korea itu sangat serius menata dunia perfilmanya, bahkan bukan hanya film, tapi juga industri budayanya,” kata Rommy dalam pembukaan Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2023 di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (19/10/2023) malam.

Baca Juga

Pertumbuhan pesat industri film dan budaya Korea selama dua dekade terakhir telah menjadi inspirasi bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Dalam pandangannya, pemerintah Indonesia harus berperan aktif dalam mengatur dan mengembangkan industri perfilman dengan pendekatan yang holistik.

Rommy mengingatkan pentingnya peran pemerintah dalam membentuk dan mengarahkan industri perfilman. Hal ini terutama relevan ketika Indonesia berusaha untuk menghasilkan film berkualitas yang mendekati standar yang ditegakkan oleh Korea.

Dia menekankan bahwa negara tidak boleh membiarkan industri perfilman berjalan secara otomatis tanpa intervensi pemerintah atau lembaga negara. Menurut Rommy, pemerintah harus aktif terlibat dalam mengembangkan industri ini, sehingga film-film Indonesia dapat bersaing dalam hal kualitas dengan film-film Korea.

“Negara nggak bisa membiarkan industri perfilman ini autopilot berjalan begitu saja. Pemerintah harus hadir di situ, lembaga negara harus hadir di situ, sehingga menghasilkan film-film yang berkualitas,” ujar Rommy.

Di samping itu, Rommy juga berbicara tentang ketakutannya pribadi terhadap film Korea. Dia mengaku bahwa ketika menonton film Korea, dia jika waktu terbatas. Kualitas cerita, akting, dan karakterisasi dalam film-film Korea, menurutnya, begitu mengesankan hingga dia merasa sulit tidur jika menonton dalam waktu terbatas.

Rommy juga mengakui bahwa banyak film Korea yang telah diadaptasi menjadi film-film Indonesia, yang menunjukkan dampak positif dan kualitas film Korea yang sangat dikagumi di Indonesia. Ini adalah pelajaran berharga yang dapat digunakan untuk mempererat hubungan antara industri film Indonesia dan Korea.

Pada tahun lalu, Rommy mengatakan LSF mengirim tim untuk belajar di Korea tentang bagaimana industri perfilman Korea berkembang dan mendapat dukungan dari negara. Mereka juga mempelajari bagaimana Korea menentukan peringkat film dan bagaimana lembaga rating film Korea (KMRB) beroperasi. Kerja sama ini adalah contoh nyata bagaimana Indonesia dapat belajar dari kesuksesan Korea. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement