Rabu 18 Oct 2023 15:09 WIB

Soal Serangan Israel ke Hamas, Tokoh Protestan Indonesia Tolak Kekerasan

Ia mendorong pemerintah Indonesia menyampaikan agar Hamas dan Israel berunding.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Keluarga seorang anak Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel berduka di luar rumah sakit di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, pada 17 Oktober 2023.
Foto: AFP/MOHAMMED ADNAN
Keluarga seorang anak Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel berduka di luar rumah sakit di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, pada 17 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peperangan semakin memanas di Palestina, banyak anak-anak dan wanita yang menjadi korban. Menanggapi hal itu, tokoh Protestan Indonesia, Philip Situmorang mengatakan, serangan Israel pada Hamas yang berkuasa di jalur Gaza memang harus dicermati. 

"Secara politik memang itu urusan Israel dan Hamas ya. Tapi kadang kita melihat ini persoalan agama, padahal sesungguhnya bukan persoalan agama. Jadi, kita memang menolak bentuk-bentuk kekerasan terhadap semua orang atau kelompok tertentu," kata Philip kepada Republika, Rabu (18/10/2023)

Baca Juga

Philip mengatakan, yang perlu didorong yaitu agar kedua belah pihak menghentikan aksi kekerasan atau penyerangan. Karena yang terdampak adalah warga masyarakat di sana. 

"Kita dorong terus bagi pemerintah untuk ikut berperan agar peperangan dan kekerasan dihentikan lewat jalan diplomatik," ujar Philip.

Philip juga mengatakan, mendorong agar pemerintah Indonesia menyampaikan kepada Israel dan Hamas untuk berunding, dan mencari jalan keluar. "Kita mendoakan untuk masyarakat yang menjadi korban agar diberi pertolongan dan kekerasan segera berhenti," ujar Philip.

Di tempat lain, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia dalam siaran persnya mengutuk keras pengeboman yang dilakukan Israel yang menargetkan Rumah Sakit (RS) di Jalur Gaza. RS Al Ahli Arabi Baptist menjadi target serangan udara militer Israel pada Selasa, 17 Oktober 2023 waktu setempat. 

MER-C mengatakan serangan brutal itu menewaskan sedikitnya 500 orang dan melukai 600 orang lainnya yang sedang berada di rumah sakit tersebut.

"Kami mengutuk keras pengeboman terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga medis serta orang-orang yang terluka dan sakit. Ini adalah sebuah pelanggaran HAM berat, sebuah pelanggaran terhadap Hukum Kemanusiaan Internasional,” kata Ketua Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (18/10/2023)

Sarbini mengatakan bahwa masyarakat dunia harus memberikan tekanan secara kolektif dan simultan kepada Israel. PBB dan masyarakat internasional harus bersama-sama mencegah pembantaian massal di Gaza. MER-C menegaskan, jika dunia tidak segera menghentikan perang ini, maka akan terjadi bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement