Ahad 15 Oct 2023 19:29 WIB

Israel Berlindung dari Tudingan Pembersihan Etnis

Israel mencari pembenaran atas serangannya ke Jalur Gaza sebagai pembelaan diri

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Asap mengepul keudara setalah serangan udara Israel di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan, Ahad, (15/10/2023).
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Asap mengepul keudara setalah serangan udara Israel di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan, Ahad, (15/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese pada Sabtu (14/10/2023), mengatakan Israel sedang berusaha untuk mencari pembenaran atas serangan daratnya ke Jalur Gaza. Israel sibuk berlindung dari tudingan 'pembersihan etnis' dan menyebut serangan daratnya sebagai pembelaan diri.

Ia mendesak agar PBB dan negara-negara anggota harus mengintensifkan upaya untuk memediasi gencatan senjata sebelum 'titik tanpa harapan' itu terjadi.

Baca Juga

"Situasi di wilayah Palestina yang diduduki dan Israel telah mencapai puncaknya," katanya.

"PBB dan negara-negara anggotanya harus mengintensifkan upaya untuk memediasi gencatan senjata segera di antara kedua belah pihak sebelum kita mencapai titik tanpa harapan," kata Albanese.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada "bahaya besar" bahwa apa yang sedang disaksikan dunia saat ini bisa jadi merupakan "pengulangan Nakba 1948, dan Naksa 1967, namun dalam skala yang lebih besar". Ia mendesak komunitas internasional harus melakukan segalanya untuk menghentikan hal ini terjadi lagi.

"Israel telah melakukan pembersihan etnis secara massal terhadap warga Palestina di bawah kabut perang," katanya. "Sekali lagi, atas nama mempertahankan diri, Israel berusaha untuk membenarkan apa yang bisa disebut sebagai pembersihan etnis."

Albanese menekankan bahwa setiap operasi militer lanjutan oleh Israel "telah melampaui batas-batas hukum internasional." "Warga Palestina dan Israel sama-sama berhak untuk hidup dalam perdamaian, kesetaraan hak, martabat dan kebebasan," ujarnya.

Tentara Israel pada hari Jumat memerintahkan semua penduduk Gaza utara untuk meninggalkan rumah mereka dan menuju ke selatan. Konflik dimulai pada hari Sabtu lalu ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa terhadap Israel, sebuah serangan mendadak yang terdiri dari rentetan peluncuran roket dan penyusupan ke Israel melalui jalur darat, laut dan udara.

Hamas mengatakan bahwa operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Militer Israel kemudian meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap target-target Hamas di Jalur Gaza.

Tanggapan Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan yang melumpuhkan sejak tahun 2007, serta memerintahkan lebih dari 1 juta penduduk Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke jalur selatan dalam waktu 24 jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement