Rabu 04 Oct 2023 12:58 WIB

Diduga Kelalaian Medis, 12 Bayi Meninggal dalam Sehari di Rumah Sakit India

Kematian bayi-bayi di RS Shankarrao Chavan India akan diselidiki

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Setidaknya 12 bayi meninggal dalam satu hari di sebuah rumah sakit di negara bagian Maharashtra, India.
Foto: Danish Siddiqui/Reuters
Setidaknya 12 bayi meninggal dalam satu hari di sebuah rumah sakit di negara bagian Maharashtra, India.

REPUBLIKA.CO.ID, NANDED -- Setidaknya 12 bayi meninggal dalam satu hari di sebuah rumah sakit di negara bagian Maharashtra, India. Masyarakat dan politisi oposisi pada Selasa (3/10/2023) menuduh pemerintah daerah dan otoritas rumah sakit melakukan kelalaian.

Bayi-bayi tersebut meninggal pada Ahad (1/10/2023) dan kejadian ini termasuk di antara 24 kematian bayi yang tercatat pada hari itu, demikian ungkap para pejabat rumah sakit dan media lokal. Bayi yang meninggal merupakan pasien di Rumah Sakit Pemerintah Shankarrao Chavan di Distrik Nanded, sekitar 600 km (373 mil) dari ibu kota keuangan India, Mumbai.

Baca Juga

"Bayi saudara saya yang baru berusia satu hari meninggal pada Ahad di rumah sakit dan dia adalah bayi kelima yang meninggal. Kami melihat empat bayi lainnya meninggal di depan kami," kata Yogesh Solanki, yang keluarganya membawa bayi tersebut ke rumah sakit.

Solanki mengatakan bahwa unit neo-natal di rumah sakit tersebut, tempat para bayi dirawat, sangat padat pada Ahad tersebut, dengan empat hingga lima bayi dalam satu inkubator, yang seharusnya dirancang untuk menampung hanya satu bayi.

Pimpinan rumah sakit Shankarrao Chavan, Shyamrao Wakode, tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar atas tuduhan kelalaian yang disebutkan. Pihak RS hanya mengatakan dalam sebuah panggilan telepon singkat bahwa ia tidak memiliki waktu karena seorang menteri pemerintah sedang mengunjungi tempat tersebut.

Sebelumnya pada Selasa, Wakode mengatakan kepada kantor berita ANI, terdapat 12 pasien dewasa meninggal karena berbagai penyakit termasuk diabetes, gagal hati, dan gagal ginjal.

"Tidak ada kekurangan obat-obatan atau dokter. Perawatan yang tepat diberikan kepada para pasien, tetapi tubuh mereka tidak merespons pengobatan, yang menyebabkan kematian," kata Wakode seperti dikutip oleh ANI.

Pemerintah Maharashtra mengatakan, pada Selasa bahwa mereka telah meluncurkan sebuah penyelidikan atas kematian bayi-bayi dan pasien-pasien lainnya pada Ahad lalu.

"Dua puluh empat adalah jumlah yang besar. Mengapa begitu banyak kematian terjadi dalam satu hari? Kami akan menyelidiki apakah itu karena kurangnya obat-obatan, atau kekurangan staf atau alasan lain," kata menteri negara bagian, Girish Mahajan, kepada para wartawan.

Para politisi oposisi menuduh pemerintah Maharashtra, yang dijalankan oleh partai Perdana Menteri Narendra Modi dan sekutunya telah melakukan kelalaian besar atas kematian bayi-bayi tersebut.

"Pemerintah BJP menghabiskan ribuan juta rupee untuk publisitasnya tetapi tidak ada uang untuk obat-obatan bagi anak-anak?" Rahul Gandhi, pemimpin partai oposisi utama Kongres, mengatakan dalam sebuah posting di platform media sosial X.

Di rumah sakit Shankarrao Chavan pada Selasa, (3/10/2023), para pasien memadati koridor-koridor dan tangisan anak memenuhi ruangan, yang menggambarkan kekacauan di sebagian besar rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, di negara dengan populasi terpadat di dunia ini.

Sistem perawatan kesehatan publik India sangat tidak lengkap, terganggu oleh kelangkaan staf dan peralatan. Rasio dokter terhadap pasien adalah 0,7 dokter per 1.000 pasien, menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia, yang merekomendasikan tingkat 1 dokter per 1.000 pasien.

Kematian masal di RS pada Ahad merupakan kejadian kedua yang terjadi di Maharashtra dalam beberapa bulan terakhir. Pada Agustus, 18 orang yang dirawat di sebuah rumah sakit pemerintah di wilayah Thane meninggal dalam kurun waktu 24 jam, demikian laporan media setempat. Pemerintah negara bagian memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut pada saat itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement