REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di musim pancaroba seperti sekarang, rentan penularan berbagai penyakit, salah satunya cacar air (varisela), selain diare. Namun masih ada mitos yang beredar di masyarakat bahwa cacar air hanya bisa diderita sekali seumur hidup.
Faktanya, virus Varicella zoster yang menyebabkan cacar air, akan menetap di tubuh seseorang yang pernah mengalami cacar air. Jika daya tahan menurun atau infeksi virus pertama kalinya sangat ringan, dapat memungkinkan virus tersebut muncul untuk kedua kalinya.
Untuk beberap kasus, virus dapat aktif kembali dalam bentuk yang berbeda yaitu menjadi herpes zoster. DR Anggraini Alam, Ketua Unit kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI mengingatkan agar cacar air tidak dianggap remeh.
“Cacar air tidak serta merta sekali seumur hidup, karena manusia beda beda, dan vaksin-vaksin yang dikhawatirkan membuat autis ternyata tidak terbukti,” kata dia dalam pertemuan zoom, Selasa (3/10/2023).
Penyakit yang ditularkan lewat udara dan sentuhan kulit ini bisa menyebabkan komplikasi hingga kematian.
Dokter Anggraini mengatakan telah banyak menerima kasus serius sehingga pihaknya memandang sangat diperlukan pencegahan. Penting agar cacar air tidak menjadi komplikasi dan herpes zoster.
“Karena varicella ngumpet dulu di sumsung tulang, untuk keluar lagi di kemudan hari apalagi terjadi di derah wajah, misalnya, rambut bisa hilang, kalau di mata malah bisa kebutaan. Karena itu IDAI sudah ada jadwal pemberian imunisasi,” jelas dia.
Sebenarnya, varisela lebih banyak ditakuti di negara dengan empat musim dibandingkan wilayah tropis. Terlebih ketika musim dingin, di mana orang semakin khawatir karena yang tertular bisa mengalami kondisi lebih berat daripada penderita sebelumnya.
Cacar air bisa merebak saat musim kemarau. Tetapi di saat musim hujan pun tetap ada risiko penyebaran karena biasanya orang tidak keluar dari rumah dan menggunakan AC.
Komplikasi cacar air bisa dimulai dari korengan, masalah pernapasan, pneumonia, gangguan di perut dan sebagainya. Jika dialami usia remaja yang kebetulan hamil, memiliki risiko tinggi untuk kematian, baik ibu hamil maupun bayinya.
Tatalaksana cacar air, jika tidak demam, bisa dimandikan. Upayakan lesi di kulit tidak sampai pecah untuk menghindari infeksi.
Lalu terapkan pola makan yang benar, konsumsi paracetamol, antivirus (tidak secara rutin). Bagi yang belum divaksin, memiliki penyakit penyerta alias komorbid, dapat berkonsultasi kepada layanan medis.