REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform digital pemantau kualitas udara, Nafas, berkolaborasi dengan Halodoc, layanan kesehatan digital (telemedisin), memaparkan lima temuan utama dari hasil studi bersama terkait polusi udara yang dilakukan pada Juni-Agustus 2023.
"Terjadi peningkatan keluhan penyakit pernapasan di Halodoc sebesar 34 persen pada Juni, ketika terdapat kenaikan polusi PM (Particulate Matter) 2.5 sebesar 10 μg/m3," kata Chief of Medical Halodoc, Irwan Heriyanto, dalam keterangan di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Pada periode Juni-Agustus 2023, kata dia, polusi udara meningkat dengan persentase keluhan penyakit pernapasan di setiap kecamatan di Jabodetabek meningkat hingga 41 persen. Kemudian kejadian polusi tinggi (PM2.5 di atas 55 μg/m³) tercatat lebih sering dibandingkan waktu lainnya.
"Hal tersebut menimbulkan potensi semakin tinggi risiko terjadinya keluhan penyakit pernapasan dalam kurun waktu 12 jam," ujarnya.
Selanjutnya, kata Irwan, keluhan terkait Sinusitis dan Asma mengalami kemunculan kasus tercepat 3 jam - 48 jam, sementara keluhan terkait Asma dan Bronkitis mengalami peningkatan kasus tertinggi hingga lima kali lipat.
Adapun peningkatan kasus penyakit pernapasan tertinggi, lanjutnya, terjadi pada kelompok sensitif yaitu sebesar 48 persen di kelompok usia di atas 55 tahun, dan disusul 32 persen di kelompok usia 0-17 tahun.
Melalui studi ini, Irwan berharap dapat meningkatkan literasi kesehatan dari yang semula bersifat kuratif menjadi preventif.
Sementara Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Anas Ma'ruf mengapresiasi adanya upaya dari seluruh pihak yang telah peduli terhadap isu polusi udara.
Anas mengajak masyarakat melindungi diri dan menjaga lingkungan dari polusi, yang dimulai dari lingkup terkecil, seperti pengurangan penggunaan kendaraan bermotor berbahan fosil, tidak lakukan pembakaran sampah, serta mengurangi emisi dari rumah tangga seperti asap rokok.
"Kami mendorong masyarakat untuk menerapkan dua hal untuk mencegah dampak polusi udara yaitu memakai masker medis, terutama bila beraktivitas di luar ruangan, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan bila mengalami gangguan pernapasan," ucapnya.