REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunikasi risiko sering kali disalah artikan dengan komunikasi krisis di Indonesia karena kurangnya literatur dalam pembahasanya. Buku berjudul Komunikasi Risiko: Konsep, Teori, dan Strategi karya Inadia Aristyavani bisa menjadi pembuka gerbang dalam menjabarkan perbedaan tersebut.
Buku terbitan PT Remaja Rosdakaraya ini terdiri dari 16 Bab dengan total 231 halaman. Dalam penguraian awal, penulis mencoba mengurai konsep komunikasi risiko dari tahapan paling dini. Penulis mencoba menjelaskan terlebih dahulu arti dari risiko yang sering kali diartikan sebagai krisi di Indonesia, hingga pada Bab 8 penulis langsung membedah komunikasi risiko dan komunikasi krisis secara berhadapan.
"Perbedaan utama antara komunikasi krisis dan komunikasi risiko terletak pada tujuannya." (BAB VIII Komunikasi Risiko Versus Komunikasi Krisis, h.83)
Tapi sebelum ke tahap itu, buku dengan sampul berwarna biru ini menjabarkan pengertian risiko dari berbagai ahli hingga penulis mendapatkan simpulan yang melihat kesamaan dari pendapat-pendapat tersebut. "Dari kelima definisi di atas, terlihat ada keragaman pemahaman para ahli ketika berbicara mengenai risiko. Meskipun pemahaman yang berbeda, ada persamaan di antara berbagai definisi tersebut." (BAB I Memahami Risiko, h. 5)
Penulis pun membandingkan konsep risiko dengan konsep lain, seperti bahaya, kecelakaan, hingga bencana. Hal yang menarik, buku ini pun memberikan contoh dan gambaran yang bisa dipahami untuk membedakan konsep-konsep tersebut. Keputusan itu pun sangat mempermudah bagi orang cukup awam dalam memahami penjabaran yang sedang dijelaskan.
Setelah menjelaskan tentang berbagai hal seputar risiko, baru di Bab 7 penulis mulai menjelaskan konsep dari komunikasi risiko itu. "Komunikasi risiko adalah komunikasi mengenai risiko." (BAB VII Pengertian Komunikasi Risiko, h. 72)
Pada bab ini, penulis menjabarkan tentang berbagai hubungan yang berkenaan dengan definisi komunikasi risiko, seperti proses interaktif, pertukaran informasi, banyak informasi, risiko sebagai konstruksi, pesan: kekhawatiran dan ancaman, serta manajemen risiko. Bahkan penulis menunjukan alasan dari pentingnya komunikasi risiko untuk dipelajari dan digunakan.
Kelebihan yang patut diapresiasi adalah keputusan penulis dalam mengaitkan penjelasan tentang komunikasi risiko sejak awal dengan isu terkini, yaitu penyebaran Covid-19 di Indonesia. Kasus-kasus yang digunakan pun menggunakan latar waktu dan tempat yang masih relevan dengan masyarakat Indonesia.