Kamis 14 Sep 2023 15:46 WIB

Lawatan Perdana ke Palestina, Menlu Inggris Kunjungi Kamp Pengungsi di Ramallah

Inggris akan memberikan tambahan pendanaan sebesar Rp 191,71 miliar untuk UNRWA.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Kamp pengungsi Palestina (ilustrasi).
Foto: AP/Adel Hana
Kamp pengungsi Palestina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengunjungi kamp pengungsi Palestina di Jalazone, dekat Ramallah, Tepi Barat, Rabu (13/9/2023). Cleverly tengah melakukan lawatan perdana ke wilayah Palestina yang diduduki.

Dalam kunjungannya ke kamp pengungsi Jalazone, Cleverly didampingi oleh perwakilan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Dia pun bertemu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.

Baca Juga

Saat berada di kamp, Cleverly bertemu anggota Parlemen Siswa UNRWA. Para siswa, yang terdiri dari anak perempuan dan laki-laki, menceritakan tentang peran mereka di sekolah dan komunitas lokal.

“Pada kunjungan saya ke kamp pengungsi Jalazone hari ini, saya telah melihat secara langsung dampak dari upaya UNRWA dalam mendukung pengungsi Palestina di Tepi Barat. Pendanaan Inggris membantu mendukung jutaan pengungsi Palestina di seluruh wilayah dengan kesehatan yang penting,” kata Cleverly, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Pada kesempatan itu, Cleverly mengumumkan bahwa Inggris akan memberikan kontribusi tambahan sebesar 10 juta poundsterling atau setara Rp191,71 miliar untuk UNRWA. Philippe Lazzarini sangat menyambut kontribusi tambahan tersebut. “Saya berterima kasih atas dana tambahan yang disediakan Inggris,” ucapnya.

“Layanan yang diberikan oleh UNRWA, termasuk pemberian pendidikan kepada lebih dari setengah juta anak, menjadi lebih penting dari sebelumnya mengingat tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi para pengungsi Palestina,” ujar Lazzarini.

Bulan lalu, Inggris telah mengucurkan dana sebesar 10 juta poundsterling untuk “Anggaran Program” UNRWA. Dana tersebut, selain untuk memberikan pelayanan kepada para pengungsi, juga dimanfaatkan untuk menggaji para pegawai dan staf garis depan UNRWA.

Saat ini UNRWA memberikan pelayanan dan perlindungan kepada lebih dari 5 juta pengungsi Palestina yang tersebar di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Namun kini UNRWA sedang menghadapi krisis keuangan terburuk dan terancam tak bisa melanjutkan program-programnya jika tak memperoleh suntikan dana yang dibutuhkan.

Awal Juni lalu negara-negara donor UNRWA berjanji menyediakan dana sebesar 107 juta dolar AS untuk badan tersebut. Jumlah itu lebih sedikit dari yang diminta UNRWA, yakni sebesar 300 juta dolar AS.

Dalam pertemuan yang digelar di Majelis Umum PBB pada 2 Juni 2023 lalu, para donor mengumumkan 812 juta dolar AS untuk UNRWA dalam bentuk komitmen. Namun hanya 107,2 juta dolar AS yang merupakan kontribusi baru. Negara-negara yang menjanjikan dana terbaru tidak diumumkan.

Dalam 10 tahun terakhir, UNRWA sudah menghadapi krisis keuangan. Namun Sekretaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan, krisis yang dihadapi saat ini sangat parah dan dipandang sebagai ancaman eksistensial utama UNRWA.

“Saat saya berbicara kepada Anda hari ini, saya tidak memiliki dana untuk menjaga agar sekolah, pusat kesehatan, dan layanan kami lainnya tetap berjalan hingga September,” kata Lazzarini saat berbicara dalam pertemuan di Majelis Umum PBB, 2 Juni 2023 lalu.

Dia menambahkan, kemampuan UNRWA untuk menangani krisis keuangan yang dihadapinya, perlahan tapi pasti, akan segera menemui akhir. “Situasinya bahkan lebih kritis sekarang karena beberapa donor kami yang berkomitmen telah mengindikasikan bahwa secara substansial akan mengurangi kontribusi mereka kepada UNRWA,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement