Rabu 13 Sep 2023 18:51 WIB

ChatGPT Berhasil Temukan Penyakit Anak yang Gagal Didiagnosis 17 Dokter

Alec mengalami gangguan sistem saraf yang sisebut tethered cord syndrome.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
ChatGPT (ilustrasi). ChatGPT berhasil menemukan kelainan pada seorang anak yang tidak dapat ditemukan 17 dokter.
Foto: www.freepik.com
ChatGPT (ilustrasi). ChatGPT berhasil menemukan kelainan pada seorang anak yang tidak dapat ditemukan 17 dokter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama tiga tahun, seorang anak bernama Alex merasakan sakit yang tak bisa diketahui penyebabnya oleh 17 orang dokter. Namun kabar baiknya, ChatGPT berhasil menemukan diagnosis yang tepat untuk kondisi Alex sehingga dia bisa mendapatkan perawatan medis yang dia butuhkan.

Alex mulai merasakan keluhan sakit atau nyeri ketika dia berusia empat tahun. Saat itu, kebijakan lockdown sedang diterapkan akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga

Rasa nyeri yang sangat mengganggu membuat Alex sering mengeluh kepada pengasuhnya. Sang pengasuh lalu berusaha membantu meredakan sakit tersebut dengan cara memberikan obat ibuprofen kepada Alex. Bila tak diberikan ibuprofen, Alex akan menjadi sangat rewel.

Meski ibuprofen bisa meredam gejala rasa nyeri yang dirasakan Alex, sejumlah gejala lain mulai bermunculan. Menurut orang tua Alex, Courtney, sang anak mulai menunjukkan kebiasaan menggigit-gigit benda. Keluarga Alex mengira kebiasaan tersebut disebabkan oleh adanya lubang pada gigi Alex.

Namun setelah Alex dibawa ke dokter gigi, tak ada masalah apa pun pada gigi anak tersebut. Alex lalu dirujuk ke ahli ortodonti. Dokter tersebut menemukan bahwa Alex memiliki langit-langit yang terlalu kecil. Kondisi tersebut bisa membuat Alex kesulitan tidur.

Berdasarkan temuan tersebut, keluarga Alex mengira bahwa beragam gejala yang dirasakan Alex selama ini disebabkan oleh ukuran langit-langit mulutnya yang terlalu kecil. Terlebih, keluhan Alex tampak membaik setelah ahli ortodonti memasangkan expander pada langit-langit mulut Alex.

Tak lama setelah itu, Alex mulai kembali mengalami sejumlah keluhan. Courtney mengungkapkan bahwa tubuh Alex tampak berhenti bertumbuh. Cara berjalan Alex juga terlihat tidak normal karena cenderung bertumpu pada kaki kanannya saja.

"Dia juga mengalami sakit kepala hebat serta kelelahan," jelas Courtney, seperti dilansir Independent pada Rabu (13/9/2023).

Kondisi tersebut mendorong keluarga Alex untuk membawa anak tersebut ke berbagai dokter, mulai dari dokter anak hingga dokter saraf. Menurut Courtney, total dokter yang dia temui untuk mengonsultasikan kondisi Alex mencapai 17 orang. meski begitu, dia merasa frustrasi karena tidak mendapatkan jawaban mengenai penyakit yang diderita Alex. Rasa frustrasi semakin besar karena tak ada satu pun dari 17 dokter tersebut yang merekomendasikan terapi untuk mengatasi keluhan Alex.

Setelah tiga tahun berkonsultasi dengan banyak dokter, Courtney memutuskan untuk mencari jawaban mengenai penyakit anaknya melalui chatbot AI, ChatGPT. Setelah membuka ChatGPT, Courtney menuliskan semua hasil pemeriksaan dari pemindaian MRI yang pernah dijalani oleh Alex.

"Saya juga memberikan catatan mengenai perilaku dia yang tidak bisa duduk bersila," tambah Courtney.

Setelah melakukan sejumlah interaksi dengan ChatGPT, Courtney akhirnya menemukan sebuah kondisi bernama tethered cord syndrome (TCS). TCS merupakan gangguan sistem saraf yang disebabkan oleh perlengketan jaringan pada saraf tulang belakang.

TCS juga dikenal sebagai komplikasi dari spina bifida yang merupakan sebuah kelainan bawaan. Spina bifida terjadi ketika tulang belakang dan saraf tulang belakang tidak terbentuk dengan sebagaimana mestinya, menurut Mayo Clinic.

Setelah mendapatkan informasi ini, Courtney membawa Alex ke dokter bedah saraf yang berbeda. Setelah berkonsultasi, dokter tersebut mengonfirmasi bahwa Alex memang mengidap TCS karena dia lahir dengan kondisi spina bifida occulta, jenis spina bifida yang paling ringan sehingga kerap tak disadari sampai anak bertambah besar.

Banyak ahli sepakat bahwa ChatGPT memiliki potensi untuk membantu orang-orang menavigasikan sistem layanan kesehatan. Akan tetapi, ChatGPT juga masih memiliki keterbatasan dan terkadang bisa memberikan informasi yang keliru. Oleh karena itu, informasi yang diperoleh dari ChatGPT perlu dikonfirmasi terlebih dahulu. Selain itu, ChatGPT juga tidak bisa menggantikan peran dokter dalam mendiagnosis penyakit.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement