REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial Twitter (X) dihebohkan dengan fenomena para mahasiswa yang menjadi pemberi pinjaman alias ‘lintah darat’ dengan menerapkan bunga tinggi mencapai 35 persen. Jika ada yang telat membayar, para lintah darat ini akan melakukan doxing atau menyebarkan data-data peminjam uang yang terlilit utang.
Psikolog Anak dan Remaja dari Insight Psikologi, Alfa Restu Mardhika, menyinggung tentang kematangan berpikir usia remaja. Alfa mengatakan usia anak kuliah sebenarnya tergolong masih remaja pada rentang 18-24 tahun.
Di Indonesia, mereka tergolong masih kategori remaja akhir. Sementara menurut teori perkembangan di luar negeri, seperti Amerika, usia 18 tahun adalah fase remaja terakhir. Tetapi dalam konteks sosial Indonesia, atau pengaruh budaya (cross culture), remaja akhir dikategorikan usia sampai 24 tahun.
“Itu sebenarnya gimana tipe remajanya, balik lagi tergantung kematangan tapi pertambahan usia nggak berarti sejalan dengan kematangan emosi dan berpikir,” kata Alfa saat dihubungi, Kamis (31/8/2023).
Perilaku remaja juga bisa bergantung pola pengasuhan dan lingkungannya sehingga menentukan mereka matang atau tidak. Ada remaja yang belum berpikir kompleks, merasa yang penting punya nyali terlebih dulu, belum memikirkan akibat selanjutnya.
Alfa menyarankan agar para remaja bergaya sesuai kemampuan. Kalaupun merasa kepepet untuk meminjam uang, sebenarnya masih ada partner yang perlu diajak berdiskusi, seperti halnya keluarga.
“Didiskusikan untuk apa dulu, kalau misal gak bisa bayar kuliah, ada lembaga bantuan, jangan pergunakan yang dapatnya cepat tapi risikonya bikin pusing, justru gak menyelesaikan masalah malah nambah masalah,” kata Alfa menambahkan.
Masa remaja adalah fase mengidentifikasi dan mengembangkan potensi diri. Penting bagi para remaja untuk berusaha mengkesplorasi seputar siapa dirinya, apa hobi yang ingin ditekuni, banyak membaca buku pengembangan diri dan mendalami seputar apa cita-cita yang hendak diraih di masa depan.
“Jadi pikirkan apa saja hal-hal yang bisa dilakukan. Ketika sudah punya konsep diri positif, yang jelas bukan ke arah sejauh mana brand yang dipakai tapi sejauh mana kemampuan kita, punya skill, bukan karena nggak punya atribut dan butuh biaya untuk flexing,” ujar Alfa.
Alfa mengatakan tips untuk para remaja adalah mulai mencaritahu dan membentuk watak diri yang positif. Kemudian melakukan eksplorasi tentang hobi dan kesukaannya, serta menyiapkan diri untuk mencapai cita-cita dengan bergabung bersama komunitas positif.
Alfa menambahkan generasi remaja saat ini mau tidak mau mendapat pengaruh dari zaman yang serbapraktis. Akan tetapi bukan berarti daya juang remaja mesti diputus dalam berproses dan upaya menggapai cita-cita mereka.