REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernikahan berbeda agama memunculkan banyak dampak pada hubungan di dalam keluarga, termasuk pada anak kelak. Jika tidak diatasi, konflik tersebut bisa berakhir fatal.
Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengatakan secara psikologi, pernikahan beda agama akan menimbulkan banyak perbedaan dalam hal-hal lainnya, seperti psikologi orang tua dan psikologi anak. Pernikahan berbeda agama akan memengaruhi dalam hal sudut pandang, nilai, dan sikap.
Apakah pernikahan beda agama akan berakhir perceraian? "Kalau itu, belum tentu. Bisa saja tidak bercerai tapi tidak memiliki kepuasan dalam pernikahan atau bisa juga tidak bercerai tapi tidak bahagia. Bisa juga dapat bertahan hingga akhir dan dapat disikapi dengan baik oleh keluarga tersebut," ujar perempuan yang akrab disapa Lia, Sabtu (1/7/2023).
Menurut Lia, semua tergantung pada banyak faktor. "Kita tidak dapat melihat dari satu sudut pandang saja," ujarnya.
Dia mengatakan, sebelum memutuskan menikah berbeda agama, ada baiknya pertimbangkan sejumlah hal berikut ini:
1. Hukum agama, perlu dikaji lebih dalam apakah benar benar boleh dan baik.
2. Hukum negara, perlu cari informasi yang benar tentang status hukum negara nikah beda agama.
3. Kesiapan kedua pihak. Hal ini bukan hanya kesiapan dua orang yang akan menikah tapi termasuk juga bagaimana kesiapan keluarga besar dalam menerima perbedaan.
4. Berpikir panjang ke depan segala konsekuensi pada anak nantinya.