REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru yang menggunakan teknologi pemindaian otak mengungkapkan fakta terbaru berkaitan dengan long Covid. Penyintas Covid-19 yang mengalami long Covid diketahui banyak yang menderita peradangan otak.
"Kami sudah tahu bahwa ada peradangan otak pada orang yang meninggal di tengah infeksi Covid-19 yang parah dan aktif," ungkap Kepala Program Neuroimaging untuk Suasana Hati dan Kecemasan di Institut Penelitian Kesehatan Mental Keluarga, Campbell, dr Jeffrey Meyer, dilansir Express, Jumat (9/6/2023).
Yang terbaru dari penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry ini menunjukkan bahwa peradangan bertahan lama di otak seseorang dengan long Covid. Itu terjadi bahkan setelah gejala infeksi Covid-19 yang ringan maupun sedang.
Dokter Meyer menjelaskan bahwa peradangan otak diduga menjadi langkah kritis yang menyebabkan gejala neurologis dan kejiwaan akibat long Covid. "Jadi memastikan hal ini sangat penting untuk mengembangkan perawatan bagi orang yang mengalami gejala," kata Dr Meyer.
Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mungkin mengalami gejala neurologis akibat infeksi Covid-19, termasuk gangguan ingatan dan depresi. Untuk penelitian tersebut, 20 peserta menjalani pemindaian otak dengan pencitraan PET khusus yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan protein TSPO.
Protein TPSO adalah penanda otak jika mengalami peradangan. Semua peserta mendokumentasikan masa akut Covid-19, setelah itu mereka melaporkan gejala depresi yang berlanjut selama berbulan-bulan.