Senin 15 May 2023 12:16 WIB

Sejak Pandemi Merebak, Orang Bekerja di Pertanian Makin Banyak

Februari 2022, sebanyak 40,62 juta orang bekerja di pertanian.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
GMC Kalimantan Barat memberikan pelatihan penanaman dengan teknik hidroponik bertema Pelatihan Petani Milenial di Desa Sungai Segak, Kecamatan Sebangki, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Foto: Dok. Web
GMC Kalimantan Barat memberikan pelatihan penanaman dengan teknik hidroponik bertema Pelatihan Petani Milenial di Desa Sungai Segak, Kecamatan Sebangki, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat yang mencari penghidupan di sektor pertanian tercatat semakin banyak sejak awal pandemi Covid-19 merebak di Indonesia awal 2020 lalu. Seiring dengan fenomena tersebut, pertumbuhan sektor pertanian ikut mengalami peningkatan.

Mengutip data tenaga kerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2020 lalu, tercatat sebanyak 38,05 juta orang bekerja di sektor pertanian atau sekira 29,04 persen dari 131,03 juta penduduk yang bekerja.

Baca Juga

Pandemi kian mengganas hingga 2021, aktivitas perkantoran masih terbatas, begitu pula dengan mobilitas masyarakat di perkotaan. Namun, BPS mencatat per Februari 2021 jumlah penduduk bekerja di pertanian sebanyak 38,78 juta atau 29,59 persen dari 131,06 juta penduduk bekerja.

Pertambahan signifikan tercatat pada Februari 2022 di mana sebanyak 40,62 juta orang bekerja di pertanian. Itu berkontribusi sekitar 29,9 persen dari total 135,61 juta penduduk bekerja yang dicatat BPS.

Data terakhir Februari 2023 mencatat sebanyak 40,69 juta orang bekerja di pertanian atau 29,3 persen dari 138,63 juta penduduk yang bekerja. Pada tahun ini, aktivitas masyarakat berangsur pulih sejalan dengan kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang telah dicabut sejak 2022 lalu.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, pihaknya akan mulai melakukan pendataan Sensus Pertanian 2023 pada 1 Juni hingga 31 Juli 2023 mendatang. Sensus pertanian yang dilakukan 10 tahun sekali itu diharapkan memberikan gambaran terkini ihwal situasi sektor pertanian nasional saat ini.

"Tujuan utamanya untuk menyediakan data terkait kondisi pertanian Indonesia secara komprehensif sampai wilayah kecil. Sebagai acuan target program pemerintah, geospasial statistik pertanian, serta potensi pertanian termasuk urban farming," kata Margo dalam Pencangan ST 2023 di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/5/2023).

Adapun sensus akan mencakup tujuh subsektor, yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, serta jasa pertanian. Margo menambahkan, data sensus pertanian 2023 nantinya sekaligus akan dimanfaatkan sebagai basis perbaikan data penerima pupuk bersubsidi.

"Harapan kami, data tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh pemeritnah. Salah satunya untuk perbaikan data targeting penyaluran pupuk subsidi," ujar Marg

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement