Senin 08 May 2023 11:48 WIB

SEA Games Makin tak Jelas, Cabor dan Atlet Suka-Suka karena Tuan Rumah Ingin Juara

Kamboja saat ini memuncaki daftar perolehan medali di SEA Games 2023.

Upacara pembukaan Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-32 (SEA Games 32) di Stadion Nasional Morodok Techo di Phnom Penh, Kamboja, Jumat (5/5/2023). SEA Games 32 akan berlangsung dari 05 hingga 17 Mei 2023.
Foto: EPA-EFE/KITH SEREY
Upacara pembukaan Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-32 (SEA Games 32) di Stadion Nasional Morodok Techo di Phnom Penh, Kamboja, Jumat (5/5/2023). SEA Games 32 akan berlangsung dari 05 hingga 17 Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Fitriyanto, jurnalis Republika.

JAKARTA -- Sejak dibuka Jumat (5/5/2023) lalu, Kamboja memimpin daftar perolehan medali sementara SEA Games 2023. Tuan rumah yang biasanya sekedar pelengkap di pesta olahraga Asia Tenggara, hingga Ahad (7/5/5/2023) malam berjaya dengan torehan 29 emas, 21 perak dan 21 perunggu (29-21-21). 

Baca Juga

Perolehan medali tuan rumah sejauh ini mengungguli Indonesia (16-10-29), Vietnam (15-19-27), Thailand (15-17-26), Filipina (14-20-18), Singapura (9-6-12), (Malaysia (6-10-13 ), Myanmar (5-1-19), Laos (3-5-18), Brunei (0-1-2) dan Timor Leste (0-0-2). Padahal sepanjang penyelenggaraan SEA Games sebelumnya, Kamboja selalu kesulitan hanya sekadar untuk menembus lima besar.

Hasil ini bisa dibilang "sesuai prediksi" di mana hampir setiap tuan rumah pasti akan unggul di awal-awal penyelenggaraan. Posisi ini bisa jadi terus dipertahankan hingga pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara ini usai. Tuan rumah seperti wajib keluar sebagai juara umum, karena sudah banyak mengeluarkan biaya.

Fenomena tuan rumah "wajib juara umum" yang penulis pernah alami dan meliput langsung adalah saat SEA Games 2003 digelar di Vietnam. Tuan rumah melonjak drastis dengan mendapatkan medali 158 emas 97 perak, dan 91 perunggu. Padahal sebelumya posisi empat dengan komposisi 33-35-64. Sedangkan tuan rumah sebelumnya  Malaysia, yang di SEA Games 2001 juara umum (111-75-85), pada 2003 merosot ke posisi empat (44-42-49).

Penyebab melonjaknya Vietnam dan merosotnya Malaysia dengan sangat mencolok, menjadi salah satu bukti tuan rumah kebelet juara. Sehingga cabang olahraga (cabor) yang digelar dan memperebutkan banyak medali biasanya yang menguntungkan tuan rumah.

Saat di Vietnam 2003 lalu ada cabor pendulang medali tuan rumah. Namanya shuttlecock kicking atau Jianzi, olahraga tradisional asal China. 

Seiring berjalannya waktu, tuan rumah makin menjadi-jadi, dengan memiliki hak istimewa memasukkan cabor. Semakin banyak cabang dan nomor pertandingan yang dimasukkan.

Saat ini di Kamboja ada cabor Chess Xiangqi, Chess Chaktrong, Kun Bukator, Kun Khmer, Dance Sports, Floor Ball, Teqbal, Obstacle Race. Nama terakhir ini mirip Ninja Warriors yang kerap ditayangkan di tv kita. Di perhelatan sebelumnya ada vovinam dan petanque. Sementara saat digelar di Indonesia, nomor silat dan dayung diperbanyak agar jumlah medali yang diperebutkan juga bertambah.

Jika juara umum didapat tuan rumah karena seenaknya saja memasukan cabor dan nomor pertandingan yang diikehendaki, apakah masih ada kebanggaan? Pertanyaan ini layak diajukan kepada para peserta.

Sudah saatnya pihak yang terkait dengan SEA Games memikirkan masa depan multi event dua tahunan yang memakan biaya tak sedikit ini.

Sudah sepatutnya, suatu ajang olahraga itu berjenjang, menjadikan ajang SEA Games sebagai persiapan menuju Asian Games dan puncaknya Olimpiade. Jadi, alangkah bijaknya jika cabor yang dipertandingkan hanya mengacu pada cabor-cabor yang dipertandingkan di Olimpiade. Jangan asal menggelar olahraga seenaknya karena tuan rumah. Seperti di Kamboja, cabor Olimpiade seperti panahan tidak dimainkan.

Pakar Manajemen Prestasi Olahraga Djoko Pekik mengakui hal ini. Menurut dia, semestinya SEA Games merupakan ajang multi event yang bertujuan untuk ikut memburu prestasi lebih tinggi. Sehingga harus sejalan penentuan cabornya dengan yang di atasnya seperti Asian Games dan Olimpiade. Namun, selama ini SEA Games terkesan suka-suka tuan rumah.

"Bangun sebuah sistem seperti Asian Games, olahraga wajibnya apa saja, walau ada hak istimewa tuan rumah tapi di Asian Games satu-dua cabor saja. Syukur bisa seperti oOlimpiade hanya 28 cabor yang kemudian di Olimpiade Jepang berkembang menjadi 33 cabor. Namun itu keputusan semua anggota IOC. Pihak terkait merumuskan regulasi penentuan cabor wajib seperti apa dari sisi peserta, juga batas minimal 8 negara dari 11 negara ASEAN yang ada," lanjutnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement