Sabtu 29 Apr 2023 14:31 WIB

Sulit Kendalikan Emosi? Psikolog Beri Tips Mengatasinya

Seseorang yang emosi berlebihan berpotensi melakukan hal-hal yang akan disesali.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Sulit mengendalikan emosi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Sulit mengendalikan emosi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang pasti merasakan emosi tertentu saat menghadapi berbagai situasi berbeda dalam hidup. Entah itu senang, marah, sedih, kecewa, atau takut, emosi bakal menentukan momen dan indra perasaan yang berbeda.

Hal yang menjadi masalah adalah apabila seseorang membiarkan emosi mengambil kendali. Psikolog Nicole LePera mengatakan, dalam kondisi itu seseorang akan menjadi sulit untuk mengambil keputusan yang tepat. Seseorang juga berpotensi melakukan hal-hal yang akan disesali atau beralih ke mode perlindungan diri.

Karena itu, LePera menjelaskan beberapa cara mengendalikan emosi. "Saat kita belajar untuk menyaksikan emosi yang sedang dirasakan, kita melihat diri kita terpisah darinya. Kita menjadi saksi yang mengalami emosi. Kemudian, kita punya pilihan dan bisa bertindak selaras dengan nilai-nilai kita," ujar LePera, dikutip dari laman Hindustan Times, Sabtu (29/4/2023).

Cara tersebut juga dibagikan LePera lewat akun Instagram @the.holistic.psychologist. Dalam situasi emosi yang penuh tekanan, dia mengatakan ada dua kemungkinan respons. Pertama adalah reaktivitas emosional, di mana seseorang menjadi sangat reaktif dan akhirnya menunjukkan perilaku paling keras.

Orang itu bisa berteriak, menyerang, membuat pernyataan agresif, atau berakhir dengan mengatakan hal-hal yang akan disesali. Respons lain adalah penutupan emosional. Beberapa orang melakukan penyangkalan ekstrem dan menolak untuk berbicara. Mereka juga memisahkan diri dari situasi dan menghindari percakapan tentang hal itu.

Menurut LePera, dua siklus itu perlu diakhiri karena sama-sama tak sehat. Langkah pertama yakni dengan "menyaksikan diri", yakni tahap kesadaran ketika seseorang mulai mengamati apa yang dia rasakan. Perlu juga memahami cara diri menangani konflik dan bertindak sesuai dengan itu.

Langkah kedua adalah mengambil jeda. Setiap orang perlu berlatih untuk berhenti sejenak sebelum bereaksi. Tujuannya, untuk membantu menghindarkan tubuh dari reaksi autopilot. Langkah selanjutnya yakni mencermati impuls. Saat stres, pikiran mulai memiliki impuls otomatis. Setiap orang perlu mengalahkan mereka dan menghindari dorongan itu dengan cara apa pun.

Selanjutnya, yakni menenangkan diri. Cara terbaik untuk menenangkan diri sebelum mengambil keputusan adalah mengalihkan pikiran dengan menenangkan diri sendiri. Caranya, bisa berjalan-jalan atau melakukan sesuatu yang mengalihkan perhatian.

Pada akhirnya, setiap orang perlu memilih bagaimana dirinya ingin bereaksi dalam berbagai situasi yang dihadapi. Saat membuat keputusan berdasarkan informasi tentang cara diri sendiri ingin bereaksi, kita akan mendapatkan kepercayaan diri yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement