REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kanker usus besar (kanker kolorektal) merupakan penyakit kanker kedua terbanyak atau paling umum di Indonesia. Penyakit ini diketahui lebih umum pada pria.
Ahli onkologi medis di Parkway Cancer Centre (PCC), dr Wong Siew Wei, mengatakan hal yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah meningkatnya kasus di usia lebih muda. Padahal sebelumnya, kanker ini lebih identik di usia 50-an. “Untuk kanker usus besar ini ada tren mengkhawatirkan yakni semakin muda usia yang terkena penyakit ini,” kata dr Wong disimak dari Zoom di Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Biasanya kanker ini lebih umum terjadi pada usia 50 tahun. Tetapi sekarang, makin banyak dialami usia lebih muda, bahkan di bawah 30 tahun.
Perkembangannya semakin cepat untuk angka deteksi. Kekhawatiran pada pasien usia lebih muda, juga dikarenakan punya klinis yang lebih parah.
Menurut dr Wong, kesadaran kesehatan di usia ini masih kurang. Belum diketahui secara detil alasan di balik munculnya tren ini. Namun dia memperkirakan bisa dikarenakan faktor gaya hidup, konsumsi makanan dan minuman tidak sehat. Pola tidak sehat itu seperti kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan cepat saji, terlalu banyak alkohol, lemak hewani dan tembakau. Kemudian obesitas dan faktor genetik yang menyebabkan perubahan microbiome pada usus.
Data di Eropa dan Amerika menunjukkan satu dari 10 yang menderita penyakit ini adalah usia muda. Gejala utamanya perubahan aktivitas pada usus. “Contohnya seperti BAB lebih encer, konstipasi, atau perasaan tidak puas setelah BAB,” kata dia.
Gejala lainnya di antaranya pendarahan dari tempat keluarnya BAB. Permasalahannya di usia muda, ada kondisi yang meningkatkan risiko di usia tersebut.
Terdapat keluhan seperti nyeri perut, lelah, anemia yang dipicu kanker itu sendiri. Melakukan deteksi awal semakin penting karena kanker ini butuh 10-15 tahun sampai terbentuk kanker utuh. “Deteksi awal memberi proporsi baik pada terapinya,” ujarnya.