Kamis 06 Apr 2023 16:24 WIB

Pengobatan Seperti Ida Dayak Diminati, Dokter Singgung ke RS Bisa Gratis dengan BPJS

Kebutuhan ahli ortopedi di Indonesia masih menumpuk di kota besar.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah warga menunggu untuk mendapatkan pengobatan tradisional di Area Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Para warga antusias mendatangi dan rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkan pengobatan tradisional Ida Andriani alias Ida Dayak bahkan ada yang sudah datang dari Subuh. Pengobatan Ida Dayak mendapat banyak perhatian karena dinilai mampu mengobati berbagai penyakit dengan caranya tersendiri. Videonya sedang mengobati pasiennya juga telah banyak beredar di media sosial.
Foto: Republika/Prayogi.
Sejumlah warga menunggu untuk mendapatkan pengobatan tradisional di Area Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Para warga antusias mendatangi dan rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkan pengobatan tradisional Ida Andriani alias Ida Dayak bahkan ada yang sudah datang dari Subuh. Pengobatan Ida Dayak mendapat banyak perhatian karena dinilai mampu mengobati berbagai penyakit dengan caranya tersendiri. Videonya sedang mengobati pasiennya juga telah banyak beredar di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saat ini pengobatan alternatif non medis masih memiliki banyak peminat di Indonesia. Hal ini bisa dilandasi beberapa alasan, mulai dari kurangnya dokter hingga masalah biaya. Misalnya, minim ahli di bidang ortopedi. Tak heran bila pengobatan yang ditawarkan dukun, misalnya, menjadi populer.

Prof Dr dr Ferdiansyah, SpOT(K), mengamini bahwa Indonesia kekurangan tenaga ahli ortopedi. Sekarang ada sekitar 1.400-1.500 dokter ortopedi, namun belum merata melainkan masih menumpuk di ibu kota Jakarta.

Baca Juga

“Tapi kan ada BPJS dan itu gratis kalau masyarakat ke RS, dan dari tahun ke tahun angka pasien meningkat,” kata Prof Dr dr Ferdiansyah yang juga Ketua Dewan Pakar PABOI 2022-2025 dalam webinar, disimak Rabu (5/4/2023).

Secara umum, suatu penyakit harus didiagnosa secara tepat terlebih dahulu. Pengobatan apa pun perlu berlandaskan ilmiah dan terdapat monitoring serta evaluasi.

Prof Ferdiansyah menekankan pengobatan alternatif cenderung tidak memiliki bukti ilmiah. Memang, ada contoh seperti bidang akupuntur yang datang dari alternatif. Kemudian dibuktikan secara ilmiah dan sekarang sudah ada dokternya.

Tidak menutup kemungkinan di kemudian hari bisa ditemukan dasar ilmiah dari pengobatan alternatif. Karena pada dasarnya keilmuan memang terus berkembang. Tetapi untuk sampai ke sana, masyarakat disarankan tidak mengorbankan diri.

Tidak sedikit orang dengan penyakit kronis atau punya cacat, kemudian melakukan terapi, tetapi belum bisa disembuhkan dokter. Orang-orang seperti ini, menurut dia, pasti akan selalu mencari alternatif supaya bisa sembuh.

Sedangkan dokter akan berupaya melihat latar belakang kondisi, lalu diberi antibiotik terkait kuman tertentu, misalnya. Kemudian nanti dalam perjalanannya, akan dilihat benar atau tidak. “Kalau sebagian besar benar, dan sebagian kecil tidak, itu namanya empiris, ada dasar ilmiahnya,” kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement