Kamis 06 Apr 2023 11:48 WIB

Situasi di Masjid Al Aqsa Semakin Mencekam

Israel terus melakukan kekerasan di Masjid Al Aqsa.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Muhammad Hafil
 Seorang polisi wanita Israel menarik seorang jamaah wanita yang sedang duduk di tanah di kompleks Masjid Al-Aqsa setelah penggerebekan di lokasi tersebut pada bulan suci Ramadhan di Kota Tua Yerusalem, Rabu (5/4/2023) .
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Seorang polisi wanita Israel menarik seorang jamaah wanita yang sedang duduk di tanah di kompleks Masjid Al-Aqsa setelah penggerebekan di lokasi tersebut pada bulan suci Ramadhan di Kota Tua Yerusalem, Rabu (5/4/2023) .

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Kekerasan berturut-turut yang dilakukan oleh polisi Israel di komplek Masjid Al-Aqsa terus berlanjut pada Rabu (5/4/2023) malam. Pada malam kedua di Yerusalem ketika para jamaah Palestina membarikade diri mereka sendiri di dalam Masjid Al-Aqsa di kompleks Kota Tua polisi Israel menggunakan kekuatan untuk mengusir puluhan jamaah yang menghalangi polisi agar tak memasuki Masjid Al-Aqsa.

Walaupun kerusuhan itu tidak sehebat malam sebelumnya. Tetapi situasi di komplek suci umat Islam itu tetap memanas, di saat umat Islam menandai bulan suci Ramadhan, dan orang-orang Yahudi memulai liburan Paskah selama seminggu. Militan Palestina di Jalur Gaza terus memperbarui tembakan roket mereka ke Israel, setelah insiden pendobrakan di malam sebelumnya, dan menimbulkan kekhawatiran akan peluncuran roket yang lebih luas.

Baca Juga

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan sedikitnya enam orang terluka dalam kekerasan terbaru. Otoritas Wakaf Islam, yang mengelola kompleks tersebut, mengatakan polisi Israel kembali menembakkan granat kejut dan peluru karet untuk membubarkan massa.

Polisi Israel mengatakan bahwa "puluhan remaja Palestina pelanggar hukum" telah memicu kekacauan, melemparkan batu dan benda lain ke petugas dan memaksa polisi untuk bertindak memulihkan "keamanan, hukum dan ketertiban."

Lebih banyak orang Palestina berkumpul di masjid pada malam kedua, menanggapi seruan Wakaf untuk sholat di dalam masjid semalam. Di salah satu pintu masuk masjid, petugas polisi terlihat mengawal puluhan warga Palestina keluar dari kompleks. Penduduk dan pembeli berkeliaran, menonton video media sosial di ponsel mereka yang menunjukkan bentrokan baru yang terjadi beberapa meter jauhnya.

Pada malam Rabu sebelumnya, polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa, menembakkan granat kejut ke warga Palestina yang melemparkan batu dan petasan dalam ledakan kekerasan selama musim peringatan umat beragama yang paling sensitif, antara Ramadhan dan Paskah. Militan Palestina di Gaza menanggapi dengan tembakan roket ke Israel selatan, memicu serangan udara Israel berulang kali.

Kekerasan telah mereda pada Rabu pagi, tetapi pada malam hari, militan Palestina menembakkan dua roket lagi dari Gaza, dengan satu jatuh di dalam Gaza dan yang lainnya jatuh di dekat pagar keamanan yang memisahkan Gaza dari Israel, kata militer Israel. Tidak ada laporan korban jiwa.

Masjid Al-Aqsa terletak di kompleks puncak bukit yang disakralkan baik bagi orang Yahudi maupun Muslim, dan konflik klaim atas tempat itu telah berubah menjadi kekerasan sebelumnya, termasuk perang berdarah 11 hari antara Israel dan Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza. Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan berdiri di tempat yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount, yang merupakan situs tersuci dalam Yudaisme.

Kelompok militan Palestina memperingatkan bahwa konfrontasi lebih lanjut akan terjadi, tetapi seorang pejabat Palestina mengatakan Otoritas Palestina telah menghubungi pejabat di Mesir, Yordania, Amerika Serikat, dan di PBB untuk meredakan situasi. Dia berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk memberi pengarahan kepada media.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negara itu bekerja untuk "menenangkan ketegangan" di tempat suci itu.

Orang-orang yang ditahan di kompleks tersebut dan kemudian dibebaskan mengatakan bahwa polisi menggunakan pentungan, kursi, senapan, dan apa pun yang dapat mereka temukan untuk menyerang warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, yang membalas dengan melemparkan batu dan menyalakan petasan yang mereka bawa ke sholat magrib.

Karena takut akan kemungkinan bentrok, di luar gerbang masjid, polisi membubarkan kerumunan pemuda dengan granat kejut dan peluru karet.

Petugas medis dari Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa sedikitnya 50 orang terluka. Polisi Israel mengatakan mereka tidak segera dapat mengkonfirmasi laporan dan video yang menunjukkan petugas memukuli warga Palestina tetapi mengatakan 350 ditangkap. Mereka menambahkan bahwa satu petugas terluka di kaki.

Secara terpisah, militer Israel mengatakan seorang tentara ditembak dan terluka sedang di Tepi Barat yang diduduki.

Sebagian besar warga Palestina yang ditangkap dari Al-Aqsa dibebaskan dari tahanan pada Rabu sore hari, kata pengacara Khaled Zabarqa, yang mewakili beberapa dari mereka. Namun dia mengatakan bahwa sekitar 50 warga Palestina, banyak dari mereka dari Tepi Barat yang diduduki, masih ditahan dan kasus mereka akan disidangkan di pengadilan militer Ofer pada hari Jumat. Dia menyebutkan jumlah total yang ditangkap adalah 450 orang.

Utusan Timur Tengah PBB Tor Wennesland mengatakan dia “terkejut dengan gambaran kekerasan” di Al-Aqsa, mengutuk pemukulan dan penangkapan massal terhadap warga Palestina serta laporan warga Palestina yang menimbun petasan dan batu.

Riyad Mansour, Duta Besar Palestina untuk PBB, menyatakan “kemarahan dan kecaman” atas serangan itu, mengatakan kepada wartawan di markas besar PBB: “Adalah hak para jamaah Muslim Palestina untuk menjalankan kewajiban agama dan salat di bulan suci Ramadhan ini, dan di waktu lain di Masjidil Aqsa yang suci ini.”

Kerumunan orang Palestina berkumpul di sekitar kantor polisi di Yerusalem pada hari Rabu, dengan cemas menunggu orang yang mereka cintai keluar dari tahanan. Amin Risheq, 19 tahun dari Yerusalem timur, mengatakan bahwa setelah dipukuli dan dipaksa berbaring di lantai masjid bersama puluhan orang lainnya, tangannya diikat ke belakang, dia dibawa ke kantor polisi di mana dia mengatakan dia tidak memiliki akses ke toilet, perawatan medis atau air selama lebih dari enam jam.

“Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement