REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanasan global tampak memiliki peran signifikan dalam penyebaran infeksi bakteri Vibrio vulnificus atau bakteri pemakan daging. Dalam kurun 30 tahun terakhir, pemanasan global tampak berkontribusi pada meningkatnya kasus infeksi bakteri Vibrio vulnificus sebanyak delapan kali lipat.
Pengaruh pemanasan global terhadap penyebaran infeksi Vibrio vulnificus ini diungkapkan dalam sebuah studi pada jurnal Scientific Reports. Studi yang dipimpin oleh University of East Anglia di Inggris ini menunjukkan bahwa kasus infeksi Vibrio vulnificus di pantai timur AS meningkat dari 10 kasus per tahun menjadi 80 kasus per tahun dalam kurun waktu tiga dekade.
Tim peneliti juga menemukan bahwa kasus infeksi Vibrio vulnificus tampak semakin bergerak ke arah utara dari tahun ke tahun. Sebagai perbandingan, pada penghujung 1980-an, kasus infeksi Vibrio vulnificus ditemukan di Teluk Meksiko. Sedangkan saat ini, kasus infeksi Vibrio vulnificus lebih banyak ditemukan di Philadelphia.
Berdasarkan temuan ini, tim peneliti memprediksi kasus infeksi Vibrio vulnificus akan meningkat menjadi 2060 kasus pada 2041. Di masa itu, tim peneliti menilai kasus infeksi Vibrio vulnificus akan lebih banyak ditemukan di sekitar New York.
Infeksi Vibrio vulnificus merupakan infeksi yang mematikan. Satu dari lima orang yang terinfeksi bakteri Vibrio vulnificus mengalami kematian.
Tak hanya itu, infeksi bakteri pemakan daging ini juga membutuhkan biaya yang besar untuk diobati. Infeksi Vibrio vulnificus biasanya memuncak dan menyebar lebih cepat pada musim panas. Bakteri ini di tumbuh subur di perairan pantai yang hangat dan dangkal.
Vibrio vulnificus dijuluki sebagai pemakan daging karena infeksi bakteri ini bisa menyebabkan kerusakan berat pada daging orang yang terinfeksi. Banyak pasien yang selamat dari infeksi Vibrio vulnificus membutuhkan amputasi pada tungkai mereka.