REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masakan khas Jepang cukup digemari masyarakat Indonesia. Walaupun masakan aslinya biasanya memakai mirin, kini telah banyak restoran Jepang yang sudah mengantongi sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sejak awal, MUI telah menegaskan bahwa mirin haram, sekalipun yang sintetis. Salah satu titik kritis haram pada restoran Jepang antara lain terletak pada penggunaan mirin. Selain itu, tentu terkait bahan lain seperti daging yang juga harus dicermati kehalalannya.

Untuk mirin, sebenarnya ada pengganti yang bisa berfungsi sebagai bumbu untuk menghasilkan rasa manis pada masakan. Seperti dikutip dari akun Instagram Halal Corner, yang digagas pegiat halal, Aisha Maharani, mirin bisa diganti dengan bahan campuran gula dan air dengan rasio 3:1.

Madu atau sirup agave (sejenis tanaman kaktus) juga bisa dimanfaatkan sebagai pengganti mirin. Muslim juga memilih cuka beras berlabel halal untuk mendapatkan rasa umami.

Selain itu, ada pilihan sejumlah merek saus Jepang yang sudah berlabel halal MUI, sebagai pengganti mirin. Saus ini juga bisa ditemukan di berbagai marketplace. Contohnya, merek Kikkoman Sauce yang cocok digunakan untuk membuat nasi sushi, saus tare, hingga saus soba.

Merek Kikkoman juga diklaim telah digunakan pada banyak restoran dan hotel-hotel besar di Indonesia, seperti Yoshinoya, KFC, Outback, Tony Romas, Hyatt, Texas Chicken, Sushi Tei, Shangri-La, dan banyak lagi. Adapun alasan mirin tidak halal dikarenakan mengandung alkohol 10-14 persen.

Mirin adalah anggur beras umami yang manis dan sering dipakai untuk menghasilkan rasa gurih sekaligus pengganti gula. Bumbu itu juga biasa dijadikan sebagai penyeimbang rasa dari kedelai atau miso pada masakan Jepang.

Ikuti Whatsapp Channel Republika