REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa yang akan menjadi pandemi berikutnya? Jika ada, apa yang dapat dilakukan untuk menghentikannya?
Serangkaian pertanyaan tersebut ditujukan untuk para ahli dalam panel Scientific Advisory Group of Emergencies (SAGE) selama krisis Covid-19. Dilansir Daily Mail, Selasa (7/3/2023), jawaban para ahli dibutuhkan karena kekhawatiran di seluruh dunia terus meningkat jika flu burung dapat menyebar ke manusia dan menyebabkan pandemi baru.
Awal pekan ini, Chna melaporkan dua kasus flu burung pada manusia, diikuti dua kasus lain di Kamboja, salah satunya berakibat fatal. Bisakah flu burung memicu pandemi berikutnya?
Atau mungkinkah itu gonore yang resistan terhadap obat? Atau bisakah 'patogen X' yang ditakuti, virus yang sama sekali baru dalam sains, menghancurkan dunia?
Pakar epidemiologi veteriner dan ilmu data di University of Edinburgh, Inggris, Prof Rowland Kao, memaparkan bahwa sebelum Covid-19 atau SARS-CoV-2, pandemi flu dipandang sebagai hal yang paling mungkin terjadi. Menurut dia, hal itu masih tidak berubah.
Flu burung adalah masalah terbesar saat ini, tapi tidak ada risiko yang nyata. Hanya saja, kasus ini menyoroti bahwa dari banyaknya virus, virus flu memiliki peluang untuk berkembang menjadi bentuk yang bisa cocok dengan manusia. Apalagi, flu sudah bermutasi berkali-kali dalam 100 tahun terakhir.
"Namun, seperti yang juga kita ketahui, 'kemungkinan besar' itu pun masih tidak pasti dan memiliki banyak potensi yang mengejutkan kita," kata Prof Kao.
Era ini telah mengalami tiga peristiwa besar virus corona, yakni SARS-CoV-1, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2. Ada banyak patogen lain di luar sana yang sering menimbulkan kekhawatiran.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah atau mengurangi risiko pandemi berikutnya? Di mata Prof Kao, ini sulit, tetapi kerja sama internasional yang lebih baik dan berbagi data akan menjadi langkah terbaik.
Pakar pemodelan penyakit menular di University of Warwick, Inggris, Prof Michael Tildesley, mengaku sulit untuk memprediksi apa yang dapat menyebabkan pandemi berikutnya. Dulu, setelah pandemi flu babi pada 2009, semua berharap hanya influenza yang jadi risiko terbesar yang menyebabkan pandemi berikutnya.
Namun kemudian muncul SARS-CoV-2 yang mengakibatkan pandemi Covid-19. Masih ada risiko yang signifikan terkait dengan influenza, dan meskipun belum ada kasus penularan H5N1 dari manusia ke manusia yang dilaporkan hingga saat ini, hal itu tetap menjadi perhatian.
H5N1 merupakan subtipe virus influenza A yang menyebabkan penyakit flu burung. Tetapi, mungkin ada patogen yang belum muncul yang berpotensi menjadi pandemi.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah atau mengurangi risiko pandemi berikutnya? Menurut Prof Tildesley, pengawasan sangat penting, tidak hanya pada manusia tetapi juga pada populasi satwa liar dan ternak.
"Itu penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih rinci tentang patogen apa yang beredar dan apa risiko yang terkait dengannya," papar dia.
Pakar epidemiologi matematika di University of Warwick, Dr Robin Thompson, mengatakan virus influenza dan coronavirus adalah kandidat yang paling memungkinkan untuk menciptakan pandemi. Sangat penting bagi semua orang untuk berinvestasi dalam kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Karena pada saat pandemi berikutnya dimulai, sudah terlambat untuk bersiap.
Pelajaran yang harus diambil dari respons terhadap Covid-19, perlunya kerja sama internasional saat merespons patogen yang menyerang. Dan pentingnya model matematika untuk membantu menginformasikan respons wabah.
Seorang ahli epidemiologi penyakit menular di University of Edinburgh, Prof Mark Woolhouse, mengatakan pandemi tidak melulu tentang virus flu. Poin terpentingnya adalah ada berbagai kemungkinan penyebab.
"Jika perencanaan kita terlalu terfokus pada sejumlah kecil potensi ancaman maka kita berisiko mempersiapkan pandemi yang salah," ucap Prof Woolhouse.