Selasa 07 Mar 2023 05:01 WIB

Masyarakat Haus Hiburan, Penipuan Berkedok Konser Musik Tumbuh Subur?

Jokowi mendorong masyarakat membelanjakan uangnya, salah satunya untuk konser musik.

Masyarakat dihimbau waspada agar tidak tertipu penipuan berkedok konser musik. Foto ilustrasi konser musik.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Masyarakat dihimbau waspada agar tidak tertipu penipuan berkedok konser musik. Foto ilustrasi konser musik.

Oleh : Qommarria Rostanti, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Joko Widodo mengutarakan permintaan unik saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) 2023 di Balikpapan, Kamis (23/2/2023). Kala itu, Jokowi mendorong agar masyarakat menggunakan uangnya untuk menikmati acara seni dan olahraga, salah satunya konser musik.

Jokowi mengatakan, tabungan masyarakat yang ada di perbankan mencapai Rp 690 triliun. Angka ini menandakan, masyarakat lebih memilih menabung dibandingkan berbelanja. Padahal, belanja masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian. 

Pada tahun ini, diperkirakan ada 3.000 acara seni dan olahraga. Penyelenggaraan ribuan acara tersebut dinilai menjadi kesempatan masing-masing daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui belanja masyarakat. Untuk itu, dia meminta pemerintah daerah dapat mempercepat perizinan untuk kegiatan seni dan olahraga. 

Jokowi pernah mendapat masukan dari event organizer (EO) agar perizinan acara dipercepat. EO mengeluhkan lambatnya perizinan yang baru terbit, hanya tiga hari menjelang hari H. Sempitnya waktu tersebut membuat EO tak punya waktu banyak untuk mempromosikan acaranya.

Jokowi memiliki niat baik untuk meningkatkan perekonomian warganya. Namun, pemda sebaiknya tetap berhati-hati mengeluarkan izin bagi EO atau promotor musik untuk menyelenggarakan sebuah acara. Meredanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat seolah “haus” akan hiburan. Hal tersebut dapat menjadi sasaran empuk bagi promotor musik nakal.

Di Twitter, akun bernama @annisaafitriir yang berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat, membuat utas tentang penipuan berkedok festival musik. Dia meminta warganet mewaspadai dua akun penyelenggara musik yakni @bergembirafest dan @bersenangfest di Instagram. Menurut dia, keduanya digerakkan oleh pihak yang sama.

“Pola penipuannya sama persis seperti yang kejadian di kotaku,” kata dia.

Pola penipuan yang dimaksud yakni username akun memiliki arti yang sama, membagikan line up artis agar mendapat hype yang tinggi dari warga kota tersebut, dan melakukan penjualan tiket early bird melalui loket.com dengan harga tiket yang sama pula sebesar Rp 135 ribu.

“Kalau bukan pelaku yang sama kok bisa sama persis?,” tulis Annisa.

Dia mengatakan, oknum tersebut seolah tak kapok dan kembali melancarkan aksinya di Manado dengan membuat akun @berdendangmusicfestival. Akun tersebut mencatut beberapa nama musisi seperti Kunto Aji dan Tiara Andini. Keduanya bahkan sampai harus klarifikasi bahwa mereka tidak ada jadwal manggung di acara tersebut pada 6 Mei 2023.

“Setelah saya tanya manager saya ternyata tidak ada, bahkan menghubungi pun belum,” tulis Kunto Aji di akun Instagram-nya.

Dia menyayangkan munculnya oknum tak bertanggung jawab di tengah maraknya festival musik sebagai bagian dari kebangkitan ekonomi setelah pandemi. Kunto Aji juga meminta penipuan berkedok festival musik segera diusut tuntas. 

Saya mencoba mencari ketiga akun tersebut di Instagram, namun nihil. Ketiga akun tersebut sudah lenyap. Barang kali karena niatnya sudah terbongkar sehingga mereka mencoba menghilangkan diri. Namun bukan berarti ketika masyarakat mulai lengah, akun-akun tersebut atau yang serupa lainnya bisa muncul kembali.

Melihat adanya modus operandi ini, sudah sepatutnya penikmat musik, musisi, dan promotor berhati-hati. Jangan sampai dirugikan gara-gara ulah oknum nakal.

Masyarakat jangan langsung tergiur apabila ada penyelenggara konser yang menawarkan penampilan musisi bombastis. Cermati dulu siapa promotor dan jejak rekamnya. Hal ini demi menghindari penipuan atau kerugian jika uang tidak kembali ketika acara batal.

Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) telah berkali-kali mengingatkan masyarakat agar mewaspadai promotor abal-abal yang mengadakan tiket prajual kemudian menghilang, maupun yang tidak bisa mengembalikan uang pembelian tiket kepada penonton. Mengetahui profil promotor sama pentingnya dengan mengetahui siapa musisi yang bakal manggung di acara tersebut.

Penikmat musik jangan sembarangan membeli tiket festival musik, terlebih jika profil penyelenggara tidak jelas. Selain soal proses refund tiket, penonton perlu juga mencermati kondisi venue atau lokasi penyelenggaraan festival musik, termasuk titik kumpul saat kondisi darurat. Keamanan dan keselamatan harus menjadi prioritas utama.

Baru dua bulan tahun 2023 berjalan, sudah ada beberapa konser besar terselenggara, di antaranya konser Dewa 19, Westlife, dan Raisa. Hampir setiap pekan juga ada festival musik yang diisi “keroyokan” oleh para musisi. Diperkirakan tren ini akan terus terjadi.

Maraknya konser musik merupakan kabar baik bagi kebangkitan bisnis pertunjukan musik Tanah Air. Namun, sadarkah pembaca bahwa musisi yang tampil “didominasi yang itu-itu saja”?

Untuk menjaga agar penonton tidak bosan terhadap konser musik, promotor seyogianya menyiapkan konsep yang unik. Jika berlangsung dengan konsep yang sama terus-menerus, dikhawatirkan antusiasme masyarakat datang ke konser musik akan berkurang. Selain soal inovasi, agaknya perlu diperhatikan juga soal kenyamanan dan keamanan penonton. Jangan sampai kekacauan akses keluar seperti yang terjadi pada konser Dewa 19 di Jakarta International Stadium (JIS) terulang.

Setiap promotor harus lebih profesional menghelat konser, kreatif, dan bijak memilih musisi. Jangan sekadar “aji mumpung”, hanya memikirkan bagaimana mengeruk keuntungan yang banyak. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement