Jumat 03 Mar 2023 15:47 WIB

Ratusan Remaja Bantul Anemia, Dinkes Bantul Imbau tak Diet Ketat

Pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri digencarkan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Peserta meminum obat penambah darah secara serentak yang bertujuan untuk mencegah stunting serta anemia (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Peserta meminum obat penambah darah secara serentak yang bertujuan untuk mencegah stunting serta anemia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Ratusan remaja putri di Kabupaten Bantul, DIY, ditemukan mengalami anemia akibat melakukan diet ketat. Hal ini menjadi keprihatinan bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, yang mana diet ketat tersebut banyak yang dilakukan para remaja karena meniru kehidupan idol-nya.

Padahal, diet ketat yang tidak sehat dan seimbang tidak hanya dapat menimbulkan anemia, namun juga dapat memicu persoalan stunting. Untuk itu, Dinkes Bantul pun meminta agar remaja putri untuk tidak melakukan diet ketat.

"Harus konsumsi diet seimbang, jadi tidak boleh diet ketat," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Bantul, Siti Marlina kepada Republika, Jumat (3/3/2023).

Pihaknya menemukan 29 remaja putri menderita anemia. Angka itu ditemukan dari pemeriksaan Hemoglobin (HB) yang dilakukan terhadap 700 remaja putri di Kabupaten Bantul.

Dengan begitu, 29 persen dari total remaja putri yang diperiksa yakni sebesar 203 remaja mengalami anemia. Melihat data ini, pihaknya pun mendorong pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri.

Hal ini dilakukan dengan mendistribusikan tablet tambah darah ke sekolah-sekolah agar dapat dikonsumsi oleh remaja putri, terutama yang mengalami anemia. Kegiatan pemberian tablet tambah darah di sekolah ini sudah berjalan lama, namun sempat terhenti karena pandemi Covid-19.

Pemberian tablet tambah darah ini merupakan Program Sepekan (Sekolah Peduli Kasus Anemia). Program ini dilakukan dengan memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri yang dilakukan tiap pekan di sekolah-sekolah.

Sejak pandemi landai, pihaknya kembali memasifkan kegiatan pemberian tablet tambah darah di sekolah untuk mengatasi dan menangani anemia yang dapat memicu stunting.

"Karena kan selama pandemi anak tidak sekolah, kemudian Program Sepekan sempat terhenti karena untuk distribusi mengalami kesulitan. Kemudian mulai 2021 kita sudah mulai distribusi lagi tablet tambah darah, 2022 sudah mulai berjalan kembali," ujar Marlina.

Ia juga berharap komitmen sekolah untuk aktif dalam memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri. Termasuk menggiatkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan gizi anak, mengingat banyaknya remaja yang mengalami anemia ditemukan di Bantul.

"Mungkin komitmen dari sekolah juga perlu ditingkatkan, dalam arti pemanfaatan untuk minum tablet tambah darah ini yang harus dilakukan sama-sama di sekolah dengan aksi bergizinya. Ini kita juga dorong terus seperti itu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement