Jumat 03 Mar 2023 00:40 WIB

Cina Kalahkan AS Dalam Teknologi Canggih

Cina negara yang paling banyak memiliki 10 institusi penelitian terbaik dunia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Cina-Amerika. Lembaga think tank Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mencatat Cina lebih unggul dalam 37 dari 44 teknologi canggih dan sedang berkembang dari negara-negara Barat. ASPI melacak teknologi pertahanan, ruang angkasa, energi dan bioteknologi.
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika. Lembaga think tank Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mencatat Cina lebih unggul dalam 37 dari 44 teknologi canggih dan sedang berkembang dari negara-negara Barat. ASPI melacak teknologi pertahanan, ruang angkasa, energi dan bioteknologi.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Lembaga think tank Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mencatat Cina lebih unggul dalam 37 dari 44 teknologi canggih dan sedang berkembang dari negara-negara Barat. ASPI melacak teknologi pertahanan, ruang angkasa, energi dan bioteknologi.

ASPI mengatakan penelitian menunjukan Cina negara yang paling banyak memiliki 10 institusi penelitian terbaik dunia. Penelitian yang didanai Departemen Luar Negeri AS ini menemukan AS kerap berada di urutan kedua, meski memimpin di bidang komputasi teknologi tinggi, komputasi kuantum, satelit kecil dan vaksin.

Baca Juga

"Negara-negara demokrasi barat kalah dalam persaingan teknologi global, termasuk perlombaan dalam terobosan sains dan penelitian," kata ASPI dalam laporannya, Kamis (2/3/2023).

Dalam laporan itu ASPI juga mendesak pemerintah lebih banyak berinvestasi untuk penelitian. Cina "sangat unggul dalam penelitian berdampak besar" di bawah program-program pemerintah.

Laporan itu mendorong negara-negara demokrasi lebih banyak berkolaborasi untuk menciptakan rantai pasukan yang lebih aman. "Dan mengejar dengan teknologi kritis yang strategis," kata ASPI.

ASPI melacak jurnal-jurnal ilmiah yang paling banyak dirujuk, yang menurut mereka paling mungkin menghasilkan paten. Terobosan Cina yang mengejutkan dalam rudal hipersonik tahun 2021 lalu dapat identifikasi lebih awal bila penelitian Cina terdeteksi.

"Selama lima tahun terakhir, Cina menghasilkan 48,49 persen jurnal penelitian berdampak besar di dunia untuk mesin pesawat canggih, termasuk hipersonik dan memiliki tujuh dari 10 institusi terbaik dunia," katanya.

ASPI mengatakan di bidang sensor fotonik dan komunikasi kuantum, kekuataan penelitian Cina dapat menghasilkan "kegelapan" bagi intelijen barat. Termasuk kelompok Five Eyes yang terdiri dari Inggris, AS, Australia, Kanada dan Selandia Baru.

Lembaga itu juga melacak talenta penelit nasional dan mengidentifikasi resiko monopoli. Cina kemungkinan akan memonopoli 10 bidang termasuk biologi sintetis. Dua pertiga penelitian di bidang itu dihasilkan peneliti-peneliti Cina. Negeri Tirai Bambu juga unggul di bidang baterai listrik, 5G dan manufaktur teknologi nano.

Akademi Ilmu Pengetahuan Cina yang merupakan lembaga pemerintah berada di urutan pertama atau kedua di 44 bidang teknologi yang dilacak. Mulai dari teknologi pertahanan, luar angkasa, robotik, energi, lingkungan, bioteknologi, kecerdasan artifisial, materi canggih dan teknologi kuantum.

Cina mendorong penelitian dengan pengetahuan yang diambil dari luar negeri. Data menunjukkan satu perlima penelitian Cina belajar di negara-negara Five Eyes.

Universitas-universitas Australia mengatakan mereka mematuhi undang-undang pengaruh negara asing untuk menghentikan transfer teknologi ke Cina. Tapi juga mendorong kolaborasi internasional dalam penelitian di universitas-universitas.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement