Senin 27 Feb 2023 18:10 WIB

Ekonom: Jelang Pemilu, Kredit Diprediksi Naik

Pada 2022 kredit perbankan tumbuh 11,35 persen year on year.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menyablon kain di salah satu UMKM penyablonan di Tangerang Selatan, Banten, Jumat (16/12/2022). Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai jelang Pemilu 2024 akan menyebabkan tumbuhnya penyaluran kredit perbankan di 2023.
Foto: ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin
Pekerja menyablon kain di salah satu UMKM penyablonan di Tangerang Selatan, Banten, Jumat (16/12/2022). Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai jelang Pemilu 2024 akan menyebabkan tumbuhnya penyaluran kredit perbankan di 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai, jelang Pemilu 2024 akan menyebabkan tumbuhnya penyaluran kredit perbankan di 2023. Pada 2022 kredit perbankan tumbuh 11,35 persen year on year (yoy).

"Berdasarkan data historis lima tahunan, menjelang tahun pemilu pinjaman itu naik," tuturnya dalam Inabanks - Focus Group Discussion (FGD) 2023: 'Penerapan Prinsip Prudential Banking dalam Penyaluaran Kredit Bank BUMN' yang berlangsung secara daring, Senin (27/2/2023).

Baca Juga

Faktor utama yang memengaruhi perkiraan penyaluran kredit baru dalam periode tersebut, menurut dia, yaitu permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain. Karena, sebagian pelaku usaha akan mengantisipasi permintan-permintaan dari kegiatan politik seperti kampanye, rapat konsolidasi, pertemuan kader.

"Sehingga mereka mengajukan fasilitas kredit, baik baru maupun tambahan," ucapnya.

Ryan meyakini pertumbuhan kredit perbankan Indonesia di 2023 bisa sembilan persen batas bawah sampai 12 persen batas atas. Skenario pertumbuhan kredit perbankan batas bawah sembilan persen terjadi bila pengusaha mengerem kegiatan usahanya, sehingga memilih untuk tidak mengajukan fasilitas kredit atau menunda ekspansi usahanya.

"Untuk outlook yang 12 persen , saya melihat setiap peristiwa lima tahunan itu ya seperti yang saya bilang ada dorongan kegiatan ekonomi," tuturnya.

Pada 2022, diketahui kontribusi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 5,6 persen. Ia meyakini kontribusi LNPRT akan meningkat lagi

"Bisa enam persen bahkan mungkin sembilan persen terhadap total PDB Indonesia," ungkap Ryan.

Mayoritas rumah tangga mengajukan jenis pembiayaan berupa Kredit Multi Guna dan memilih bank umum sebagai sumber utama penambahan pembiayaan. Adapun sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan antara lain koperasi dan leasing.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement