Rabu 22 Feb 2023 06:35 WIB

Sensasi Wisata di Gunung Salju Hakuba

Salju di Hakuba sangat terkenal karena saat dipijak, kaki tidak tenggelam

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Para pemandu wisata mengatakan salju di Hakuba terkenal dengan kualitasnya. Saat dipijak kaki tidak tenggelam dalam timbunan salju.
Foto: Republika.co.id
Para pemandu wisata mengatakan salju di Hakuba terkenal dengan kualitasnya. Saat dipijak kaki tidak tenggelam dalam timbunan salju.

REPUBLIKA.CO.ID, Hamparan salju membentang di berbagai penjuru. Suara gesekan papan seluncur terdengar dimana-mana. Para pemain ski dan snowboarding meluncur, terseok dan mendaki di lereng ski desa Hakuba, Nagano, Jepang.

"Tiga tahun yang lalu tak terbayangkan (resort penuh) seperti ini lagi," kata Shawn dari asosiasi pariwisata Hakuba.

Shawn yang hanya menyebutkan nama depannya mengatakan desa Hakuba meredup selama pandemi. Manager Asosiasi pariwisata desa Hakuba Yoshizawa Hirokazu mengatakan sebelum pandemi desa wisata ini dikunjungi wisatawan sepanjang tahun.

Seperti destinasi wisata di seluruh dunia lainnya dampak pandemi Covid-19 menghantam keras Hakuba. Pada pertengahan Februari, Republika berkesempatan mengunjungi Hakuba.

Suasana resort sangat ramai, hampir terasa sesak. Jarak antara wisatawan cukup rapat, sekitar dua sampai tiga meter. Tidak hanya wisatawan domestik yang terlihat mahir hampir seperti profesional tapi juga turis asing dengan perlengkapan lengkap.

Mayoritas pengunjung memang wisatawan domestik. Tapi turis asing pun tidak sedikit. Banyak pengunjung yang membawa anak. Terlihat orang tua menuntun, menyemangati dan mengajari anak-anaknya berseluncur di atas salju.

Tidak jarang mereka tersungkur, jatuh atau terpleset. Tapi anak-anak  itu terlihat bersemangat untuk segara dapat menguasai teknik-teknik berseluncur. Dinginnya suhu udara yang menggigit tidak menyurutkan tekad mereka.

Salah satu warga distrik Kayou Desa Hakuba Maki Matsuzama mengatakan sejak usia tiga tahun anak warga desa Hakuba sudah diajarkan bermain ski.

"Kelas satu (Sekolah Dasar) sudah belajar main ski," katanya.

Di Hakuba Ski Resort juga terlihat beberapa amatir yang menggunakan papan seluncur lebih pendek atau wisatawan yang sekedar berjalan-jalan di atas salju.

Para pemandu wisata mengatakan salju di Hakuba terkenal dengan kualitasnya. Saat dipijak kaki tidak tenggelam dalam timbunan salju. Jejak dapat menapak  ringan seperti melangkah di atas lantai kayu atau batu.

Berbeda dengan Tokyo atau Nagano, udara dingin di Hakuba tidak menusuk. Sementara dingin di Ibu kota menyakitkan, angin yang berhembus kencang menusuk hingga tulang.

Hampir tidak ada angin di atas puncak lereng bukit salju di Hakuba. Udara memang dingin tapi tidak menyakitkan. Dengan lapisan jaket yang tebal dan berbagai aktivitas fisik yang dapat dilakukan, udara dingin hampir tidak terasa.

Di kaki lereng terdapat banyak toko penyewaan papan seluncur, helm, sarung tangan, jaket sampai sepatu salju. Para pengunjung yang pertama kali berkunjung ke Hakuba atau tidak memiliki pengalaman dengan ski dapat menyewa berbagai perlengkapan di sana.

Untuk tiba di puncak lereng pengunjung harus masuk ke sebuah bangunan besar yang berisi restoran, toko perlengkapan ski, ATM, toko souvernir dan makanan ringan, dan kamar mandi. Di samping restoran terdapat pintu otomatis, di seberang pintu itu sudah terlihat hamparan bukit salju.

Pengunjung perlu mendaki beberapa belas meter untuk sampai ke gondola. Satu gondola dapat dinaiki delapan orang. Di dalamnya pengunjung disuguhkan pemandangan indah bukit salju. Hanya perlu beberapa menit untuk sampai ke atas bukit.

Di sana suasana tidak kalah ramainya dengan di kaki bukit. Tapi di sini lebih banyak para pemain ski tingkat mahir dan profesional. Hampir semuanya menggunakan perlengkapan lengkap dan lebih sedikit anak-anak.

Selain bermain ski para pengunjung juga dapat melakukan aktivitas lain. Toko-toko penyewaan perlengkapan ski juga memberikan berbagai layanan jasa seperti pengalaman berjalan menelusuri hutan salju.

Pengunjung dapat menyewa alat yang disebut snowshoes. Wisatawan yang  berjalan-jalan di hutan dapat bertemu dengan Makaka Jepang atau monyet salju. Primata cantik itu tampak penasaran dengan kehadiran manusia.

Yoshizawa menjelaskan salju kering dan ringan yang dalam bahasa Jepang "yuki" menyelimuti Hakuba dari bulan November sampai akhir Mei. Sebelum pandemi waktu yang paling ramai di Hakuba adalah bulan Januari karena musim liburan anak sekolah di Jepang.

Namun di pertengahan Februari 2023 lereng bermain ski di Hakuba terlihat penuh. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pariwisata Distrik Goryu Desa Hakuba Sato Bunsei mengatakan di distrik-distrik sekitar ski resort terdapat ratusan homestay atau rumah penginapan yang dapat disewa wisatawan.

Sebagian besar rumah-rumah itu milik warga setempat. Meski beberapa tahun terakhir karena berbagai faktor seperti tidak adanya pewaris atau penerus usaha penyewaan rumah para pemilik homestay terpaksa menjual rumah penginapan mereka ke investor asing. Investor dari Cina dan Taiwan yang paling banyak berinvestasi.

Dalam perjalanan menuju ski resort terlihat beberapa turis asing berjalan kaki di distrik-distrik itu. Toko-toko souvernir di distrik-distrik di Hakuba juga penuh dengan turis yang tampaknya berasal dari Cina. Mereka mengguna bahasa Inggris dengan kasir dan menggunakan bahasa Mandarin ke satu sama lain.

Selain bermain ski di siang hari ski resort Hakuba, wisatawan juga dapat mengasah kemampuan bermain ski di malam hari. Warga setempat lebih memilih bermain ski di saat sepi. Seperti Shawn yang lebih menyukai bermain ski di malam hari.

"Rasanya lebih damai," katanya.

Maki yang tinggal di Kayou juga lebih suka bermain ski di saat sepi. "Tahun ini saya belum (bermain ski) terakhir tahun lalu, lebih sepi," katanya.

Namun tentu warga setempat senang desa mereka kembali ramai oleh wisatawan. Perekonomian desa yang dihuni sekitar 8 ribu orang itu ditopang pariwisata.

Usai musim dingin, desa Hakuba juga menyajikan wisata musim panas dan semi. Sato mengatakan jumlah wisatawan yang datang di musim panas dan semi jauh lebih banyak satu juta pengunjung dibanding musim dingin.

Namun pemerintah Jepang baru melonggarkan peraturan Covid-19 pada awal tahun ini. Geliat pariwisata di Hakuba masih hanya dapat dilihat pada musim dingin.

Setelah tiga tahun bukti salju di desa itu kosong. Suara keriangan kembali terdengar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement