Selasa 03 Jan 2023 16:18 WIB

Mengapa Orang Dewasa Suka Main Lato-lato? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Bisa jadi mainan itu membawa kenangan ke masa kanak-kanak.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Anak-anak bermain lato-lato saat acara Kids FanFest Indonesia 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (30/12/2022). Kids FanFest Indonesia 2022 menjadi alternatif bagi anak-anak untuk mengisi waktu liburan akhir tahun dengan ragam aktivitas permainan anak yang mendidik, menghibur dan menumbuhkan nilai-nilai positif. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak bermain lato-lato saat acara Kids FanFest Indonesia 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (30/12/2022). Kids FanFest Indonesia 2022 menjadi alternatif bagi anak-anak untuk mengisi waktu liburan akhir tahun dengan ragam aktivitas permainan anak yang mendidik, menghibur dan menumbuhkan nilai-nilai positif. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Baru-baru ini viral fenomena permainan lato-lato, yang berawal dari video Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memainkannya, dan Presiden Joko Widodo menyaksikan hal tersebut sembari tertawa. Setelah itu, semakin banyak orang yang berlomba membelinya, memainkannya, bahkan menunjukkan kemahirannya.

Jadi, ketika seorang dewasa kemudian senang bermain lato-lato, itu bisa jadi karena permainan tersebut membawa mereka kembali ke kenangan masa kanak-kanaknya. Terlebih ketika kenangan itu menanamkan kesan menyenangkan atau berarti bagi hidupnya.

Baca Juga

Atau misalnya, bercengkerama dengan teman-teman tetangga rumah semasa kecil, kebersamaan dengan saudara kandung saat masih tinggal serumah, dan hal-hal lainnya yang bisa merekam ulang ingatan masa kecil. Itu semua dapat memunculkan kidult dalam diri seseorang.

Menurut kamus Cambridge Dictionary, kidult diartikan sebagai orang dewasa yang senang melakukan hal-hal atau membeli barang-barang yang ditujukan untuk anak-anak. Psikolog Viera Adella mengatakan istilah ini sebenarnya bukanlah istilah baru.

“Menurut ahli kepribadian Sigmund Freud, ‘child is a father of man’, yang dapat dimaknai seperti apa masa kanak-kanak seseorang akan menjadi referensi saat mereka menjadi dewasa kelak,” ucap Viera saat dihubungi Republika.

Istilah kidult menjadi populer tentunya ada peran serta media sosial, sehingga hal yang semula tidak dikenal menjadi terkenal. Permainan tradisional seperti lato-lato, meskipun pernah favorit dan populer di masa lalu dan kemudian tenggelam karena perkembangan permainan modern, kenyataannya dapat kembali populer.

Ke depannya, tidak menutup kemungkinan para kidult bisa menemukan berbagai hal menyenangkan di masa lalu, kemudian mengangkatnya hingga viral. Karena permainan tradisional mampu menggeser atensi masyarakat.

Penting bagi para pemerhati perkembangan anak, untuk menggunakan media sosial sebagai prasarana memperluas atau memperkaya wawasan dan pengalaman bermain menarik lainnya, tanpa harus secara keras mempropagandakan perilaku antigawai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement