Rabu 02 Nov 2022 05:30 WIB

Pakistan Sepakat Impor 300 Ribu Ton Gandum Rusia

Pakistan berjuang untuk menyeimbangkan ekonominya yang rapuh akibat banjir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di desa Zghurivka, Ukraina, Selasa, 9 Agustus 2022. Sebelum perang, Ukraina dipandang sebagai lumbung roti dunia, mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya. Jutaan ton biji-bijian telah terjebak karena penyumbatan Rusia sejak Februari. Di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB bulan lalu, Rusia setuju untuk tidak menargetkan kapal yang sedang transit, dan kapal gandum mulai meninggalkan Ukraina karena harapan tumbuh untuk stabilitas ekspor.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di desa Zghurivka, Ukraina, Selasa, 9 Agustus 2022. Sebelum perang, Ukraina dipandang sebagai lumbung roti dunia, mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya. Jutaan ton biji-bijian telah terjebak karena penyumbatan Rusia sejak Februari. Di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB bulan lalu, Rusia setuju untuk tidak menargetkan kapal yang sedang transit, dan kapal gandum mulai meninggalkan Ukraina karena harapan tumbuh untuk stabilitas ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pemerintah Pakistan menyetujui kesepakatan senilai hampir 112 juta dolar AS untuk mengimpor 300.000 ton gandum dari Rusia.  Kesepakatan ini disahkan oleh Komite Kerja Sama Ekonomi pada Senin (31/10).

Kesepakatan ini dibuat ketika Pakistan berjuang untuk menyeimbangkan ekonominya yang rapuh, dan mengelola dampak banjir besar yang menewaskan lebih dari 1.700 orang dan berdampak terhadap sekitar 33 juta orang. Berdasarkan kesepakatan itu, gandum akan dipasok oleh perusahaan negara Rusia, Prodintorg. 

 

Pakistan terakhir mengimpor gandum dari Rusia pada Juli 2020. Dilaporkan Aljazirah, Selasa (1/11) Perusahaan Perdagangan Pakistan, atau entitas pemerintah yang diberi mandat untuk impor dan ekspor komoditas, mengatakan, Prodintorg belum terkena sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari.  

 

Pakistan juga harus menanggung risiko sanksi karena berdagang dengan Rusia. Ketika awal invasi Rusia ke Ukraina, mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan bertolak ke Moskow untuk bertemu Presiden Vladimir Putin. Belum lama ini, Khan mengatakan, dia ingin mengimpor gandum untuk memenuhi pasokan di dalam negeri.

 

Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, bertemu dengan Putin pada September di sela-sela Organisasi Kerja Sama Shanghai di Samarkand, Uzbekistan.  Dia juga telah menerima undangan ke Rusia dan secara terbuka menyatakan minatnya untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang seperti ketahanan pangan, energi, dan perdagangan.

 

Pakistan telah menetapkan tujuan untuk memproduksi 27 juta ton gandum di dalam negeri pada 2022. Namun karena kelangkaan air dan pembangunan kembali lahan pertanian, para ilmuwan telah memperkirakan panen gandum di Pakistan dipangkas sebesar 15 persen.  Banjir parah yang terjadi belum lama ini, mendatangkan malapetaka di bagian selatan Pakistan. 

 

Banjir juga menghancurkan sebagian besar lahan pertanian di provinsi Sindh dan Balochistan. Laporan pemerintah Amerika Serikat tentang pertanian memperkirakan, produksi gandum Pakistan akan turun delapan juta ton karena banjir.

 

 

 

Baca Juga

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement