Kamis 20 Oct 2022 09:44 WIB

IHSG Berpotensi Melemah, Tiga Saham Ini Justru Diproyeksi Bullish

IHSG pagi ini dibuka turun hingga ke level 6.847,53.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona negatif saat pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (20/10/2022). IHSG turun hingga ke level 6.847,53 setelah ditutup menguat 0,38 persen pada perdagangan kemarin.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona negatif saat pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (20/10/2022). IHSG turun hingga ke level 6.847,53 setelah ditutup menguat 0,38 persen pada perdagangan kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona negatif saat pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (20/10/2022). IHSG turun hingga ke level 6.847,53 setelah ditutup menguat 0,38 persen pada perdagangan kemarin. 

Phillip Sekuritas Indonesia memproyeksi IHSG berpeluang melemah sepanjang hari ini. Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam yang mengakhiri reli selama dua hari dengan ditutup turun meskipun laporan keuangan korporasi keluar lebih baik dari ekspektasi.

Baca Juga

Sejauh ini, dari 64 perusahaan dalam indeks S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan kuartal III 2022, sekitar 69,4 persen diantaranya berhasil mengalahkan ekspektasi pasar.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik hingga 4,14 persen, tertinggi sejak Juli 2008. Sementara itu, yield US Treasury Note bertenor 2 tahun yang cenderung mengikuti pergerakan ekspektasi suku bunga acuan, naik menjadi 4,54 persen dari 4,43 persen.

Kenaikan yield ini menarik minat investor karena menawarkan imbal hasil yang tinggi dengan risiko investasi yang rendah. Akibatnya, harga emas turun lebih dari 1 persen ke level terendah dalam tiga minggu seiring dengan menguatnya nilai tukar dolar AS serta naiknya yield US Treasury Note.

Dari sisi makro ekonomi, investor mencerna laporan ekonomi regional dari bank sentral AS atau yang lebih di kenal dengan Fed Beige Book. 

Menurut Fed Beige Book, aktifitas ekonomi AS mencatatkan ekspansi dengan laju yang moderat dalam beberapa minggu terakhir meskipun sejumlah kawsan mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang datar dan sebagian wilayah lagi mencatatkan penurunan laju pertumbuhan. Laporan ini juga memperlihatkan bahwa para pelaku usaha semakin merasa pesimis menghadapi masa depan.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah bergerak naik di tengah kekhawatiran bahwa sanksi Uni Eropa (UE) atas Rusia akan semakin menekan pasokan minyak mentah global. Sanksi UE atas minyak mentah asal Rusia akan berlaku bulan Desember nanti dan sanksi UE atas produk turunan minyak asal Rusia akan berlaku mulai bulan Februari 2023.

Meski di tengah proyeksi pelemahan IHSG, Phillip Sekuritas Indonesia memprediksi sejumlah saham berpotensi menguat atau bullish secara teknikal.

INDF

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bearish

Trade Buy          : 6200

Target Price 1     : 6400

Target Price 2     : 6500

Stop Loss          : 6000

MLIA

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Sideways

Trade Buy          : 540

Target Price 1     : 585

Target Price 2     : 610

Stop Loss          : 494

ENRG

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 278

Target Price 1     : 310

Target Price 2     : 328

Stop Loss          : 246

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement