Ahad 02 Oct 2022 12:10 WIB

Komnas HAM Minta Kepolisian Usut Tuntas Tragedi Maut Stadion Kanjuruhan

Pemerintah daerah beserta jajaran terkait diminta melakukan penanganan kesehatan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fernan Rahadi
Sisa-sisa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Ahad (2/10/2022).
Foto: Antaranews
Sisa-sisa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Ahad (2/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laga Persebaya Surabaya melawan Arema Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur mengakibatkan sebuah tragedi berdarah. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ahmad Taufan Damanik meminta Kepolisian mengusut tuntas tragedi maut Stadion Kanjuruhan.

"Komnas HAM RI meminta kepolisian untuk mengusut peristiwa ini. Menyikapi kerusuhan ini, Komnas HAM RI akan menurunkan tim untuk melakukan pemantauan di Malang," ujar Taufan dalam keterangan, Ahad (2/10/2022).

Ia juga meminta pemerintah daerah beserta jajaran terkait melakukan penanganan kesehatan yang intensif serta layanan kemanusiaan bagi korban. Sementara Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Nurul Azizah menyampaikan terkait insiden stadion Kanjuruhan, Mabes Polri telah menurunkan tim DVI ke Malang untuk berkoordinasi dengan tim DVI Polda Jatim dan rumah sakit setempat guna mempercepat terlaksananya identifikasi korban

"Fokus Polri saat ini adalah melakukan identifikasi korban dan memberikan pertolongan medis kepada para korban yang saat ini masih di rawat di rumah sakit," ujar Nurul, Ahad (2/10/2022).

Sebelumnya diberitakan, insiden ratusan suporter meninggal terjadi usai pertandingan Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022), malam WIB, mencapai 127 orang. Jumlah itu pun kemungkinan masih bertambah lantaran masih banyak suporter yang dirawat di rumah sakit maupun klinik di sekitar Kepanjen, Kabupaten Malang.

Kepala Polda Jawa Timur (Kapolda Jatim), Irjen Nico Afinta mengatakan, korban meninggal terdiri dua personel Polri, yaitu Brigadir Andik dan Briptu Fajar serta 125 suporter Aremania. Ada anak-anak yang turut menjadi korban di antara suporter dewasa. Hal itu terjadi lantaran para suporter panik setelah terkena tembakan gas air mata yang dilakukan kepolisian. Mereka yang berebut keluar Stadion Kanjuruhan malah saling berdesak-desakkan hingga menimbulkan korban jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement