Senin 29 Aug 2022 18:51 WIB

PM Trudeau Kecam Serangan Verbal Terhadap Wakilnya

Para aktivis dan jurnalis perempuan di Kanada mengalami serangkaian pelecehan verbal.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. PM Trudeau Kecam Serangan Verbal Terhadap Wakilnya
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. PM Trudeau Kecam Serangan Verbal Terhadap Wakilnya

REPUBLIKA.CO.ID, ALBERTA -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam serangan verbal terhadap wakilnya dan Menteri Keuangan Chrystia Freeland. Ia mengatakan serangan yang ia gambarkan sebagai "pelecehan menjijikkan ekstrem" itu bukan satu peristiwa.

"Kami semakin sering melihat di masyarakat dan pada orang-orang yang memiliki jabatan, terutama perempuan, masyarakat rasial, masyarakat minoritas atau kelompok komunitas yang berbeda, menjadi sasaran hampir karena menguatnya suara kalian," kata Trudeau dalam pidatonya, Senin (29/8/2022).

Baca Juga

"Kami melihat reaksi balik, kami harus bertanya pada diri sendiri negara seperti apa kita, kita ingin menjadi negara seperti apa," tambahnya.

Dalam sebuah video yang dibagikan di Twitter pada Jumat (26/8/2022) malam waktu setempat, Freeland terlihat menuju elevator gedung aula Kota Grande Prairie, Alberta. Seorang pria meneriakinya.

"Apa yang kamu lakukan di Alberta sialan?" kata pria itu saat Freeland menuju elevator. Pria itu juga menyebut Freeland sebagai "pengkhianat" dan "perempuan sialan". Video tersebut ditonton ribuan kali.

Freeland lahir di Alberta dan sedang keliling provinsi itu untuk bertemu pejabat, pengusaha, dan pekerja. Ia menyadari insiden tersebut.

"Apa yang terjadi kemarin salah, siapa pun, dimana pun, tidak boleh melakukan ancaman dan intimidasi," kata Freeland di Twitter.

Politikus Kanada dari berbagai spektrum juga mengecam serangan verbal tersebut. Insiden ini merupakan serangan verbal terbaru dari serangkaian pelecehan verbal terhadap perempuan di Kanada termasuk terhadap para aktivis dan jurnalis.

Selama beberapa pekan sekelompok reporter membagikan email privat dan tanpa nama yang berisi ancaman kekerasan termasuk kekerasan seksual serta bahasa rasialis dan misoginis. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement