Selasa 17 May 2022 18:51 WIB

RSCM: Transplantasi Hati Pasien Hepatitis Akut Sangat Rumit

Tidak mudah mendapatkan donor hati secara cepat untuk pasien hepatitis akut.

Proses transplantasi hati pasien hepatitis akut sangat rumit. (ilustrasi).
Foto: Republika
Proses transplantasi hati pasien hepatitis akut sangat rumit. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Lies Dina Liastuti, mengatakan proses transplantasi hati pada pasien hepatitis akut membutuhkan tata laksana yang sangat rumit.

"Transplantasi hati merupakan suatu tata laksana operasi yang sangat rumit, memerlukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang menjadi satu kesatuan tim," kata Lies Dina Liastuti dalam konferensi pers di Gedung Kiara RSCM, Jakarta, Selasa (17/5/2022).

Baca Juga

Dalam beberapa tahun terakhir, kata Lies, RSCM memberikan layanan transplantasi hati pada bayi maupun pada orang dewasa. "Tapi itu bukan kasus akut seperti sekarang. Yang sudah ada adalah perlakuan yang sudah terencana, donor hatinya kita siapkan dan keberhasilannya bagus," katanya.

Dia mengatakan, jika dibandingkan dengan luar negeri, layanan transplantasi hati di RSCM hampir setara karena dibantu pakar dari Jepang yang secara rutin memandu dokter bedah, dokter anak, penyakit dalam di RSCM sehingga mereka bisa terampil. Namun khusus transplantasi hati pada kasus akut belum pernah diterapkan RSCM.

"Karena persoalannya tidak mudah dapat donor secara cepat, biasanya donor bayi dari kerelaan orang tua. Pada kasus yang akut kita juga perlu siapkan orang tua," katanya.

Selain itu, kata Lies, tim medis juga perlu menyiapkan peralatan untuk mengatasi gejala infeksi pada hepatitis akut bergejala berat yang belum diketahui penyebabnya pada anak di bawah 16 tahun itu. Lies mengatakan, seluruh tata laksana transplantasi hati akut telah disusun pihaknya secara detail untuk diajukan kepada Kemenkes sebagai bahan transfer ilmu pengetahuan bagi prosedur bedah di rumah sakit lain di Tanah Air.

"Transplantasi hati di Indonesia hanya dua tempat yang bisa, yakni RSCM dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito. Mereka sudah lakukan pada lima kasus," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement