Selasa 17 May 2022 05:50 WIB

100 Juta Warga AS Diprediksi akan Terinfeksi Covid-19

100 juta warga AS diprediksi terinfeksi Covid-19 pada musim gugur dan dingin.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
100 juta warga AS diprediksi terinfeksi Covid-19 pada musim gugur dan dingin.
Foto: EPA-EFE / PETER FOLEY
100 juta warga AS diprediksi terinfeksi Covid-19 pada musim gugur dan dingin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa sekitar 100 juta warga mereka mungkin akan terinfeksi Covid-19 pada musim gugur dan musim dingin mendatang. Pernyataan ini dinilai mengejutkan, mengingat cakupan vaksinasi Covid-19 sudah cukup baik.

Saat ini, cakupan vaksinasi Covid-19 lengkap di antara populasi berusia lima tahun ke atas yang sudah memenuhi syarat adalah 70,5 persen. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga mengungkapkan bahwa cakupan pemberian booster di antara warga berusia 12 tahun ke atas sudah mencapai 47,8 persen.

Baca Juga

Tak hanya itu, analisis terbaru dari CDC juga memperkirakan bahwa setidaknya tiga dari lima orang warga AS telah memiliki antibodi yang didapatkan dari infeksi Covid-19. Artinya, sebagian besar orang di AS sudah memiliki imunitas alami terhadap Covid-19.

Berkaca pada data ini, tak heran bila sebagian orang merasa kaget saat mendengar pernyataan bahwa sekitar 30 persen populasi atau 100 juta warga diprediksi akan terkena Covid-19. Namun bagi para ilmuwan dan ahli kesehatan masyarakat, angka estimasi tersebut ternyata tidak mengejutkan.

Alasannya, imunitas yang sudah didapatkan bisa memudar sehingga risiko untuk terkena Covid-19 pun bisa kembali muncul. Selain itu, orang-orang cenderung berkumpul di dalam ruang tertutup ketika cuaca dingin sehingga penularan bisa terjadi dengan lebih mudah.

"Model (estimasi) ini bukan berarti bahwa 100 juta kasus benar-benar akan terjadi, tetapi ada potensi infeksi yang sangat banyak, ini bukan berarti kita harus panik," jelas spesialis penyakit menular dan ahli epidemiologi dari Tufts Medical Center Dr Shira Doron, seperti dilansir ABC News, Senin (16/5/2022).

Dr Doron mengatakan, meski cakupan vaksinasi di AS tinggi, imunitas yang terbentuk bisa memudar seiring waktu. Di sisi lain, virus SARS-CoV-2 memiliki kemampuan untuk terus bermutasi. Mutasi ini bisa membuat virus menjadi lebih mudah untuk menghindari kekebalan yang sudah terbentuk dari vaksin.

"Divaksinasi melindungi Anda dari sakit berat, namun tidak melindungi Anda sepenuhnya dari terkena infeksi," lanjut Dr Doron.

Hal senada juga diungkapkan oleh profesor di bidang ilmu medis preventif dan penyakit menular dari Vanderbilt University Dr William Schaffner. Ketika virus bermutasi, efektivitas vaksin dalam mencegah terjadinya infeksi bisa menurun. Namun perlindungan vaksin dalam mencegah terjadinya sakit berat masih sangat tinggi.

"Vaksin-vaksin ini luar biasa, namun vaksin-vaksin ini tidak sempurna," jelas Dr Schaffner.

Dr Schaffner mengatakan vaksin-vaksin yang ada saat ini masih belum bisa mencegah penyebaran Covid-19 atau infeksi Covid-19 ringan. Belum ada vaksin yang dapat benar-benar menonaktifkan Covid-19 seperti layaknya saklar lampu.

Di tengah cuaca yang dingin, orang-orang juga menjadi lebih sering berkumpul di dalam ruang tertutup. Banyaknya orang yang berkumpul di ruang tertutup dapat meningkatkan risiko transmisi.

"Kita sudah mengalami peningkatan transmisi pada musim dingin lalu dan kita mungkin akan mengalami peningkatan lagi berdasarkan musim," lanjut Dr Schaffner.

Para ahli mengatakan cara terbaik untuk melindungi diri di tengah potensi lonjakan kasus adalah dengan mendapatkan dosis booster untuk memperkuat perlindungan. Di samping itu, para ahli juga kembali mengimbau masyarakat untuk kembali menggunakan masker dan melakukan beberapa upaya pencegahan lain seperti menjaga jarak dan mencuci tangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement