Kamis 24 Mar 2022 16:59 WIB

Kasus TBC Jatim Tertinggi Ketiga Nasional

Pada tahun 2021 tercatat ada 43.268 jiwa penderita TBC di Jawa Timur.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ilham Tirta
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Dokumen.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mendorong semua pihak terlibat dalam pencegahan dan pengendalian TBC. Khofifah mengungkapkan, pada 2021 tercatat ada 43.268 jiwa penderita TBC di Jatim.

Jumlah kasus TBC di Jatim bahkan menjadi yang tertinggi ketiga secara nasional. Angka tersebut, kata Khofifah, masih sekitar 45,08 persen dari estimasi kasus yang harus ditemukan. Artinya, kata dia, ada sekitar 50 ribuan penderita TBC belum berhasil ditemukan dan diobati sehingga berpotensi menularkan ke orang di sekitarnya.

Baca Juga

"TBC bisa dicegah dan diobati. Jangan ragu memeriksakan diri ke dokter jika merasakan gejala TBC,” kata Khofifah, Kamis (24/3/2022).

Khofifah mengatakan, mengakhiri epidemi TBC menjadi salah satu target penting dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) negara untuk bisa sejahtera dan setara. TBC harus dieliminasi karena mudah menular serta pengobatannya tidak mudah dan murah. Jika tidak ditangani sampai tuntas, tubuh menjadi resisten terhadap obat.

Tahun lalu, kata Khofifah, angka keberhasilan pengobatan kasus TBC per kabupaten/kota di Jatim adalah 89,12 persen dari target 90 persen. Angka keberhasilan pengobatan TBC di Jatim diakuinya masih harus didorong. Terutama karena sebanyak 53 persen kabupaten/kota belum mampu mencapai 90 persen keberhasilan pengobatan.

“Terus meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TBC sangat penting. Karena kasus TBC yang tidak tuntas pengobatan tentu dapat memicu meningkatnya kasus TBC resisten obat,” ujar Khofifah.

Khofifah menekankan pentingnya keterlibatan multisektor untuk memutus transmisi penularan dan menuju eliminasi TBC 2030. Pelibatan multisektor dalam penemuan dan pengobatan penderita TBC serta terapi pencegahan menjadi upaya prioritas untuk dilakukan.

Pasalnya, kata dia, menemukan orang dengan TBC dan memastikan mereka diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan. Keberhasilan eliminasi TBC ditentukan kontribusi dan kolaborasi lintas sektor.

Mulai organisasi profesi, tokoh masyarakat, fasilitas kesehatan, organisasi perangkat daerah, kementerian/lembaga terkait di wilayah Jatim, ormas, komunitas peduli TBC, kader kesehatan, akademisi perguruan tinggi, dan masyarakat umum.

"Mari satukan tekad dan perkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC 2030,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement