Sabtu 19 Mar 2022 10:12 WIB

‘Ibu Jadi Pihak Paling Terpukul dari Pembiaran Pemerintah Atas Harga Minyak Goreng’

Kurniasih sayangkan pemerintah hanya minta maaf karena tak sanggup kendalikan harga.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
Ketua DPP PKS Kurniasih Mufidayati menyebutkan, kaum ibu menjadi pihak yang paling terpukul sebagai korban pembiaran pemerintah atas harga minyak goreng mengikuti harga pasar tak terkendalikan. Ilustrasi
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Ketua DPP PKS Kurniasih Mufidayati menyebutkan, kaum ibu menjadi pihak yang paling terpukul sebagai korban pembiaran pemerintah atas harga minyak goreng mengikuti harga pasar tak terkendalikan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua DPP PKS Kurniasih Mufidayati menyebutkan, kaum ibu menjadi pihak yang paling terpukul sebagai korban pembiaran pemerintah atas harga minyak goreng mengikuti harga pasar tak terkendalikan. Saat ini, harga keekonomian minyak goreng di pasaran berkisar Rp 23-25 ribu per liternya dari Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14 ribu per liter yang telah dicabut pemerintah.

"Harga keekonomian yang hampir dua kali lipat dari harga HET,  jelas memberatkan masyarakat dan keluarga kelas menengah ke bawah," kata Kurniasih dalam keterangannya, Jumat (18/3).

Baca Juga

Kurniasih menyayangkan sikap pemerintah yang hanya bisa minta maaf karena tak sanggup kendalikan harga minyak goreng. "Lagi-lagi mak-mak yang jadi korban. Seharusnya pemerintah mengendalikan apa yang ada di pasar, tapi ini tidak berdaya mengendalikan dan justru menyerahkan semua mekanismenya oleh pasar. Siapa yang terdampak berat? Mak-mak dan keluarga kelas menengah bawah tercekik, itu rakyat kita bukan orang lain!" tegas Kurniasih.

Kurniasih juga mengaku heran karena saat ini stok minyak goreng mulai ada di pasaran saat harga diserahkan sebagaimana harga keekonomian. Munculnya stok minyak dalam sekejap dengan harga jual yang tinggi semakin membuat publik dipermainkan.

"Saat ada HET minyak goreng menghilang, saat ada harga keekonomian minyak goreng mulai ada stoknya. Ini menimbulkan pertanyaan. Ombudsman sudah menyebut ada penimbunan tapi tidak diungkap pemain besarnya mana siapa. Sekarang stok mulai ada dengan harga tinggi, pemerintah seolah tak berdaya, bagaimana bisa pemerintah yang punya power bisa tak berdaya?" ujar Kurniasih.

Kurniasih mengingatkan tanpa persoalan langka dan mahalnya minyak, komoditas bahan pokok akan naik jelang Ramadan dan Idul Fitri. Tanpa ada intervensi pemerintah, maka masyarakat akan memasuki Ramadan dengan beban yang cukup berat.

"Terbukti stoknya ada, pemerintah punya semua instrumen kekuatan dari regulasi sampai penegakan hukum. Semua alat ada di Pemerintah. Jadi jangan saling lempar tanggung jawab. Fungsi regulator dan pengendali kebutuhan pokok makanan harus dijalankan. PKS meminta ada intervensi untuk menurunkan harga setelah dipastikan mulai dari stok di pasaran sebelum Ramadan. Hentikan derita kaum mak-mak saat ini juga," ungkap Kurniasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement