Selasa 01 Feb 2022 06:42 WIB

KTNA Minta Pupuk Bersubsidi Diawasi

Meski sistem tata kelola sudah terbangun, belum semua petani menikmati pupuk subsidi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pupuk bersubsidi.Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor  meminta pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan dengan baik.
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Pupuk bersubsidi.Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor meminta pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor  meminta pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan dengan baik. Menurutnya, saat ini sebenarnya sistem tata kelola sudah terbangun, namun praktiknya tidak seluruh petani dapat menikmati pupuk bersubsidi dengan optimal.

Keberpihakan pemerintah terhadap petani saat ini menurutnya perlu didorong kembali. Anggaran pupuk bersubsidi yang hanya mampu memenuhi 40 persen dari kebutuhan petani dinilai miris bagi negara agraris seperti Indonesia, yang memiliki hampir 40 juta petani.

Baca Juga

“Kita punya cita-cita swasembada, tapi perlu dukungannya buat petani. Menteri keuangan bantu dong petani kita. Tidak cukup hanya Mentan yang jungkir balik mikir petani. Tapi dukungan anggarannya dilemahkan,” kata Sofyan dalam pernyataan resminya, Senin (31/1/2022).

Distribusi pupuk bersubsidi yang kerap bermasalah di tingkat lapangan, tidak lepas dari lemahnya pengawasan komisi pengawas pupuk di daerah dan pupuk indonesia.

“Saya meragukan komitmen pemerintah daerah untuk membantu petaninya. Mestinya data penerima pupuk dan penyalurannya clear di tingkat bawah. Jangan kalau ada masalah dilempar ke pusat. Bantu dong petani kita,” lanjut Sofyan.

Mitigasi risiko dan masalah di level lapangan mestinya bisa diselesaikan pemda, distributor, kios dan produsen pupuk. Sistem Tata kelola sebaik apapun bila tidak implementasinya kurang tepat tentu akan membuat kasus pupuk ini berulang.

“Petani itu asal fair dan jelas, tidak akan ribut kok. Tapi karena ini mereka melihat sendiri ketidaksesuaian di lapangan, pasti teriak. Kami minta penegak hukum juga tegas menindak pelaku penimbunan pupuk dan yang bermain data,” kata Sofyan.

Khusus Kementan, Sofyan meminta agar juga konsisten melaksanakan sistem penyaluran yang ada saat ini yang telah berbasis NIK. KTNA meminta Kementan tegas untuk menghapus data-data yang tidak akurat dan selalu memperbaruinya.

“Kasus data NIK yang tidak sesuai harus terus diminimalisir. Bila perlu sistemnya disempurnakan, entah dengan Kartu Tani ataupun sistem baru. Jangan kami petani menjadi korban data-data palsu yang di input dari bawah oleh oknum tertentu,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement