Senin 24 Jan 2022 05:05 WIB

UMKM NTB Ekspor Pangan Olahan Berbasis Sorgum

Ekspor bisa dilakukan karena pembeli datang ke lokasi.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Sorgum. UMKM asal NTB berhasil mengekspor produk pangan olahan berbahan dasar sorgum.
Foto: Republika/Desy Susilawati
Sorgum. UMKM asal NTB berhasil mengekspor produk pangan olahan berbahan dasar sorgum.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Nur Rahmi Yanti salah seorang pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat, berhasil mengekspor produk pangan olahan berbasis sorgum ke tujuh negara sejak pandemi Covid-19 pada 2020 hingga saat ini.

"Saya mulai mengekspor kue dari bahan baku sorgum sejak 2020. Awalnya ke Singapura, Belanda dan China sebanyak 1.000 buah dengan nilai yang masih relatif kecil, hanya Rp 20 juta," kata Nur Rahmi Yanti, di Mataram, Ahad (23/1/2022).

Baca Juga

Kemudian pada 2021, kata dia, permintaan datang dari mitra bisnis di Turki dan Dubai (Uni Emirat Arab). Total nilai ekspor sebesar Rp 40 juta atau naik 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pasar ekspor, lanjut Yanti, kembali bertambah pada awal 2022. Dua negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia dan Timor Leste menjadi tujuan pengiriman barang senilai Rp 700 juta.

"Pelepasan ekspornya digelar di Desa Santong, Lombok Utara, Sabtu (22/1/2022). Ini ekspor yang paling besar sejak saya mulai mengirim ke luar negeri," ujar Yanti.

Ia mengaku bisa mengirim produknya ke luar negeri karena ada pembeli yang langsung datang ke tempatnya. Ada juga hasil dari pemasaran secara daring melalui berbagai aplikasi pemasaran produk berbasis internet. "Saya juga memanfaatkan Shopee dan toko offline, di samping ada juga pembeli dari luar negeri yang datang langsung ke sini," ucap perempuan pemilik merek dagang Yant Shorgum Healthy itu.

Selain pasar luar negeri, Yanti juga melayani mitra bisnis dari berbagai daerah, seperti Medan, Pekanbaru, Jakarta, Surabaya, Malang dan Bali. Di samping memasarkan di dalam daerah sendiri.

Produk pangan olahan berbasis sorgum yang dipasarkan di dalam daerah, yakni beragam jenis kue, beras sorgum, tepung sorgum, dan gula sorgum. "Saya memasarkan ke beberapa hotel dan restoran. Ada juga ke toko kue dan toko penjual bahan kue di Kota Mataram," tuturnya.

Dengan makin luasnya wilayah pemasaran, kata dia, volume serapan sorgum dari petani binaan terus bertambah dari awalnya hanya 5 ton per bulan menjadi 10 ton per bulan. Sorgum di beli dari petani yang tersebar di 22 desa di lima kabupaten/kota, yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Tengah.

Harga beli sorgum kering di tingkat petani sebesar Rp 5.000 per kilogram. Dengan harga sebesar itu, menurut Yanti, petani bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 35 juta dari hasil produksi delapan ton per hektare selama masa tanam tiga bulan. "Jumlah petani mitra saya sekitar 1.000 orang dengan luas lahan tanam mencapai 500 hektare yang tersebar di 22 desa di lima kabupaten itu," kata Yanti.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement