Rabu 29 Dec 2021 14:18 WIB

Survei NielsenIQ: Transaksi Harbolnas 2021 Tembus Rp 18,1 Triliun

Konsumen aktif di e-commerce meningkat pesat, naik 88 persen dibandingkan tahun 2020.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Harbolnas menjadi momen belanja daring yang ditunggu karena banjir diskon (Ilustrasi). Berdasarkan hasil survei dari NielsenIQ, transaksi selama perayaan Harbolnas 2021 tembus hingga Rp 18,1 triliun.
Foto: Needpix
Harbolnas menjadi momen belanja daring yang ditunggu karena banjir diskon (Ilustrasi). Berdasarkan hasil survei dari NielsenIQ, transaksi selama perayaan Harbolnas 2021 tembus hingga Rp 18,1 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai transaksi belanja online selama momen Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12 akhir tahun ini mencatatkan kenaikan signifikan.

Berdasarkan hasil survei dari NielsenIQ, transaksi selama perayaan Harbolnas 2021 tembus hingga Rp 18,1 triliun. Angka tersebut naik 56 persen dari Harbolnas tahun lalu yang mencapai Rp 11,6 triliun.

Baca Juga

Direktur NielsenIQ, Rusdy Sumantri, menjelaskan, dari total transaksi Harbolnas sebesar Rp 18,1 triliun, sebanyak Rp 8,5 triliun bersumber dari penjualan produk lokal. Nilai tersebut naik Rp 2,9 triliun dari 2020 lalu.

Berdasarkan wilayah, transaksi Harbolnas di Pulau Jawa naik 73 persen sedangkan luar Jawa meningkat 38 persen. Khusus untuk penjualan produk lokal di Jawa mengalami kenaikan 55 persen sedangkan luar Jawa tumbuh 42 persen.

"Dengan kenaikan nilai transaksi saat Harbolnas, volume transaksi meningkat 7,4 kali dibanding volume penjualan rata-rata di hari biasa," kata Rusdy dalam konferensi pers virtual, Rabu (29/12).

Ia pun menjelaskan, faktor utama yang paling mendorong peningkatan belanja online termasuk saat Harbolnas, lantara adanya peningkatan pengguna internet aktif yang jumlahnya mencapai 45 juta pengguna. Angka itu naik 32 persen dari tahun lalu.

Sementara itu, konsumen aktif di e-commerce juga meningkat pesat dan jumlahnya tercatat mencapai 32 juta atau naik 88 persen dari tahun lalu. "Jadi internet users dan online shoppers meningkat luar biasa. Kita tahu pada 2020 ada PSBB. Kita semua di rumah, itu bisa dibilang memaksa masyarakat untuk beralih ke online," kata Rusdy.

Ia mengatakan, situasi pandemi terbukti membuat perilaku konsumen berubah. Belanja online telah menjadi salah satu opsi dari masyarakat ketika akan berbelanja.

Lebih detail, faktor-faktor yang mendorong peningkatan khusus dalam Harbolnas utamanya karena fasilitas gratis ongkos kirim yang diberikan. Gratis ongkir berperan 80 persen dalam peningkatan Harbolnas. "Ini menjadi driver utama yang membuat adanya kenaikan transaksi," kata dia.

Selain gratis ongkir, diskon harga berperan 73 persen, dilanjutkan cashback 33 persen serta voucher belanja 28 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement