Selasa 16 Nov 2021 00:26 WIB

Aquaplaning Mengancam, Ini yang Harus Dilakukan Pengemudi

Tekanan ban kurang sebabkan tapak semakin lebar dan makin mudah terkena aquaplaning.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Ahmad Wildan (tengah) dalam acara tak show di Rest Area KM 130 Tol Cipali, Ahad (14/11).
Foto: Lilis Sri Handayani/Republika
Ahmad Wildan (tengah) dalam acara tak show di Rest Area KM 130 Tol Cipali, Ahad (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Aquaplaning menjadi salah satu ancaman keselamatan dalam berkendara di musim hujan. Para pengemudi harus memahami cara menghadapi dan menghindarinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal.

Ketua Sub Komite Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan, menjelaskan, aquaplaning merupakan terbungkusnya roda yang sedang bergerak oleh air. Hal itu mengakibatkan roda akan mengambang atau tidak menempel di aspal dan kendaraan akan terdorong dengan kuat.

"Ketika hal itu terjadi, jangan panik, jangan mengerem, jangan membanting/mengubah arah kemudi karena itu akan menyebabkan mobil berputar (spin) dan bisa sangat berbahaya," kata Wildan, dalam Talk Show ‘Aman Berkendara di Jalan Tol’, yang menjadi bagian kegiatan Sunday Morning Driving to Cipali (Sunmor Drive Cipali). Kegiatan ituy digelar Astra Tol Cipali, di Rest Area KM 130 Tol Cipali, Kabupaten Indramayu, Ahad (14/11).

Untuk menghindari aquaplaning saat hujan, Wildan menyarankan, agar kecepatan kendaraan tetap dipertahankan pada angka 60 km per jam. Selain itu, jaga tekanan angin ban jangan sampai kurang.

Jika tekanan ban kurang, lanjut Wildan, maka tapaknya semakin lebar dan semakin mudah terkena aquaplaning. Untuk itu, tekanan angin pada ban harus tetap dijaga agar sesuai standar.

"Jadi kuncinya ada dua, pertahankan kecepatan (60 km per jam) dan jaga tekanan angin ban sesuai standar teknisnya," ucap Wildan.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement