Kamis 04 Nov 2021 09:42 WIB

Masuk Musim Hujan, Surabaya Antisipasi DBD

Wali Kota Surabaya mengingatkan, fogging bukan strategi utama dalam mencegah DBD.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Eri Cahyadi, Wali Kota Surabaya
Foto: Humas Pemkot Surabaya
Eri Cahyadi, Wali Kota Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Memasuki musim penghujan, Pemerintah Kota Surabaya melakukan upaya-upaya mengantisipasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) yang meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD.

Jajaran Puskesmas dan 26.541 kader kesehatan se-Kota Surabaya juga digerakkan untuk bersama-sama memberantas demam berdarah tersebut. "Melalui SE itu saya sudah meminta untuk menggerakkan masyarakat atau anggota di masing-masing institusi dalam upaya peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit DBD di Kota Surabaya, karena memasuki musim penghujan,” kata Eri di Surabaya, Kamis (4/11).

Baca Juga

Eri mengatakan, peningkatan kewaspadaan bisa dilakukan dengan mulai melakukan pemberantasan sarang nyamuk menggunakan langkah 3M Plus. Yaitu, menguras dan menyikat bersih bak mandi atau kolam air minimal satu minggu sekali dan menutup rapat tempat penampungan air untuk mencegah adanya jentik atau telur nyamuk.

Kemudian, memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, menghindari gigitan nyamuk dengan cara memakai anti nyamuk atau memakai kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menanam tanaman anti nyamuk, mengganti air vas bunga, dan tempat minum burung.

“Saya juga minta untuk melaksanakan gerakan satu rumah atau gedung 1 Jumantik (G1R1J) dengan melibatkan kader kesehatan atau karyawan institusi untuk memantau dan memastikan tidak ada jentik di lingkungan masing-masing, termasuk lapangan atau tanah kosong dan fasilitas umum lainnya,” ujarnya.

Eri juga meminta untuk mengaktifkan kegiatan sosialisasi dan penguatan tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik di rumah maupun di lingkungan sekitar. Sosialisasi pentingnya pelaksanaan PSN 3M Plus secara rutin dan terus-menerus untuk memutus rantai penularan DBD juga menurutnya perlu digalakkan. 

Ia mengingatkan, fogging bukan strategi utama dalam mencegah DBD karena hanya dapat membunuh nyamuk dewasa dan tidak dapat membunuh jentik dan telur nyamuk. “Tolong segera membawa ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya apabila ada keluarga atau masyarakat yang menunjukkan gejala DBD, dan melaporkan ke Puskesmas terdekat untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Saya juga meminta warga untuk membantu kelancaran kegiatan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan fokus apabila ada kasus DBD di suatu wilayah,” kata Eri.

Eri mengingatkan, seluruh kegiatan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD ini harus selalu dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Sebab, saat ini masih masa pandemi Covid-19 meskipun kondisinya sudah mulai landai.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, dalam rangka pencegahan DBD ini, pihaknya melibatkan semua stakeholder atau lintas sektor di tiap wilayah. Mulai dari unsur kecamatan, kelurahan, RT, RW, Babinkamtibmas, Babinsa, Puskesmas, dan juga para kader yang tersebar di berbagai penjuru Surabaya.

“Jumlah petugas puskesmas yang diturunkan sesuai dengan jumlah penanggung jawab PSN di  wilayah binaan yang ada di setiap kelurahan, rata rata 2-3 orang per RW di bantu RT/RW setempat. Selain itu, kami melibatkan sebanyak 26.541 kader kesehatan untuk bergerak hingga ke rumah-rumah warga. Melalui cara ini semoga DBD di Surabaya bisa ditekan,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement