Selasa 05 Oct 2021 05:05 WIB

Banyak Dipercaya, 5 Hal Soal Diabetes Ini Hanya Mitos

Percaya pada hal tidak benar mengenai diabetes justru berdampak tak baik.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Percaya pada hal tidak benar mengenai diabetes justru berdampak tak baik.
Foto: Pixabay
Percaya pada hal tidak benar mengenai diabetes justru berdampak tak baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sekitar 422 juta penyandang diabetes di dunia menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski ada banyak orang yang bergelut dengan diabetes, masih ada cukup banyak informasi keliru seputar diabetes yang beredar hingga saat ini. Mempercayai informasi yang tidak benar mengenai diabetes dapat membuat penyakit tidak terkendali dengan baik.

Setidaknya ada lima informasi mengenai diabetes yang sebenarnya hanya mitos namun seringkali dipercaya banyak orang. Berikut ini adalah kelima mitos tersebut, seperti dilansir Prevention, Senin (4/10).

Baca Juga

 

Mitos: Gula Sebabkan Diabetes

Gula seringkali dituding menjadi satu-satunya penyebab terjadinya diabetes. Anggapan ini sebenarnya tidak begitu tepat. Salah satu faktor risiko terbesar diabetes adalah kegemukan. Kegemukan bisa dipicu oleh konsumsi kalori melebihi kebutuhan.

Makanan yang tinggi gula cenderung tinggi akan kalori. Akan tetapi, bukan hanya makanan bergula saja yang memiliki banyak kalori. Lemak dan daging merah juga perlu diwaspadai.

"Lemak memiliki kalori dua kali lebih besar dibandingkan gula," jelas Managing Director of Medical Information American Diabetes Association Matt Petersen.

Bila berisiko diabetes karena kegemukan, membatasi asupan kalori merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Selain itu, pilih sumber kalori yang lebih baik seperti sayur tak bertepung, gandum utuh, protein rendah lemak, dan produk susu. Bila ingin menyantap makanan manis, fokus pada makanan yang secara alami mengandung gula seperti buah.

 

Mitos: Anak Kecil Hanya Bisa Mengalami Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 memang lebih banyak ditemukan pada anak dibandingkan orang dewasa. Akan tetapi, diabetes tipe 2 bisa juga ditemukan pada anak dan diabetes tipe 1 dapat dialami oleh orang dewasa. Akan tetapi, kasus diabetes tipe 1 pada orang dewasa seringkali salah didiagnosis sebagai diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki penyebab yang berbeda. Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh menyerang sel beta pankreas sendiri sehingga menghambat pankreas memproduksi insulin. Sedangkan pada diabetes tipe 2, pankreas masih memproduksi insulin tetapi tubuh tak bisa meresponnya dengan baik.

Baca juga : Cabut Bulu Hidung Dapat Bahayakan Otak, Kok Bisa?

Mitos: Diabetes Tipe 2 Pasti Membutuhkan Insulin

Sebagian besar penyandang diabetes tipe 2 dapat mengontrol penyakit mereka melalui perbaikan pola makan dan olahraga, penggunaan obat, atau kombinasi ketiganya. Hanya sekitar 40 persen penyandang diabetes tipe 2 yang membutuhkan insulin.

Kebutuhan insulin pada penyandang diabetes tipe 2 akan berkaitan dengan usia. Sekalipun harus menggunakan insulin, hal tersebut tak perlu ditakuti.

"Penyakit Anda berkembang dan Anda perlu langkah terbaik untuk mengelolanya," ujar Petersen.

 

Mitos: Penyakit Diabetes Pasti Bisa Dirasakan

Penyakit diabetes seringkali muncul tanpa disadari oleh penderitanya. Seringkali dibutuhkan waktu hingga bertahun-tahun sebelum penderita diabetes menyadari penyakitnya. Biasanya, pada saat itu gejala diabetes yang mereka alami sudah menjadi lebih berat.

Beberapa gejala awal diabetes yang seringkali tak disadari adalah peningkatan frekuensi berkemih dan rasa haus. Dua gejala ini seringkali diabaikan dan dianggap sebagai kondisi alami dalam proses penuaan. Setelah itu, gejala yang muncul bisa berupa pandangan kabur atau sensasi kesemutan pada tangan dan kaki.

Diperkirakan ada sekitar 24 persen orang dengan diabetes yang tak terdiagnosis. Oleh karena itu, dokter menganjurkan agar orang-orang, khususnya yang berisiko, melakukan pemeriksaan A1c secara berkala. Tes darah sederhana ini dapat memberikan gambaran kadar gula darah dalam kurun waktu tiga bulan ke belakang dan dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes.

 Baca juga : Ahli Virus Ingatkan Hindari 5 Tempat Ini Selama Pandemi

Mitos: Olahraga Hanya untuk Menurunkan Berat Badan Pasien Diabetes

Salah satu perubahan pola hidup yang selalu disarankan oleh dokter kepada pasien diabetes adalah berolahraga. Akan tetapi, manfaat dari olahraga ini tak hanya sekedar untuk menurunkan berat badan pasien diabetes. Olahraga juga dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin yang secara alami dapat membantu menurunkan kadar gula.

Menurut beberapa studi, satu sesi olahraga dapat memperbaiki sensitivitas insulin hingga 50 persen dalam kurun waktu 72 jam setelah olahraga dilakukan. Olahraga pun dapat menurunkan A1c meski berat badan tidak berubah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement