Jumat 04 Jun 2021 20:19 WIB

Ahli Temukan Cara Efektif Atasi Evolusi Bakteri

Patogen seperti bakteri dan virus memiliki kemampuan untuk berevolusi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Patogen seperti bakteri dan virus memiliki kemampuan untuk berevolusi (Foto: ilustrasi)
Foto: pixabay
Patogen seperti bakteri dan virus memiliki kemampuan untuk berevolusi (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Patogen seperti bakteri dan virus memiliki kemampuan untuk berevolusi dan resisten terhadap obat-obatan, yang membuat vaksin tidak efektif. Namun kini, para peneliti dari ETH Zurich telah menemukan cara yang efektif untuk melawan kemampuan evolusi dari patogen.

Alih-alih mengembangkan obat untuk membunuh bakteri, peneliti berhasil menemukan cara untuk menyalurkan evolusi patogen ke jalur yang lebih lemah dan tidak memicu masalah bagi inangnya. Peneliti menguji studinya terhadap seekor tikus.

Baca Juga

Mereka memberi dosis kelompok tikus dengan beberapa vaksin untuk Salmonella typhimurium, kemudian mengamati dengan cermat bagaimana bakteri dalam usus berkembang menjadi resisten terhadap obat. Setelah diamati, peneliti mampu mengidentifikasi rute evolusi yang digunakan Salmonella untuk bertahan hidup.

Selanjutnya, peneliti menggabungkan empat strain Salmonella menjadi satu vaksin guna menghentikan semua rute evolusi. Dan benar saja, bakteri itu berevolusi ke bentuk baru tanpa akan resisten obat dan tidak bisa lagi menginfeksi sel inang untuk menyebabkan penyakit.

“Ini memungkinkan kami untuk menunjukkan bahwa penghindaran kekebalan bukan hanya tantangan besar dalam pengembangan vaksin, tetapi sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan baik dalam kedokteran manusia dan hewan. Kami dapat menggunakannya untuk mendorong evolusi mikroorganisme patogen ke arah tertentu yang kami sebut sebagai jalan buntu,” kata penulis utama studi, Emma Slack seperti dilansir dari laman New Atlas, Jumat (4/6).

Pada pemeriksaan lebih dekat, para peneliti menemukan bahwa alasan kelemahan ini terjadi karena molekul gula pada permukaan bakteri telah berhenti berkembang. Lapisan ini biasanya membantu patogen bersembunyi dari sistem kekebalan inang atau virus.

Ketika para peneliti menguji teknik ini pada tikus, mereka menemukan bahwa itu memberi hewan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi Salmonella daripada vaksin yang ada. Peneliti mengatakan bahwa teknik ini bisa juga digunakan untuk mengembangkan vaksin baru melawan bakteri resisten antibiotik dan lainnya.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement