Jumat 14 May 2021 12:53 WIB

Kisah Ibu dan Anak Gugur saat Idul Fitri di Gaza

Lembaga pemantau mengungkapkan pemboman Israel juga menyasar pemukiman sipil.

Rep: Puti Almas/ Red: Fitriyan Zamzami
 Warga Palestina menghadiri pemakaman 15 orang yang gugur dalam serangan udara Israel di Kota Gaza, 13 Mei 2021.
Foto: EPA/HAITHAM IMAD
Warga Palestina menghadiri pemakaman 15 orang yang gugur dalam serangan udara Israel di Kota Gaza, 13 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA  — Mohammad Saad begitu terkejut mendengar kabar kematian dari sepupunya, Reema Saad. Ia mengatakan berita itu seperti layaknya ‘sambaran petir’ bagi keluarga. 

Reema adalah salah satu warga di Gaza, Palestina yang menjadi korban dalam serangan udara Israel pada hari Idul Fitri. Ia bersama dengan suaminya, Mohammed Telbani dan dua anak terkena ledakan yang menghancurkan di apartemen tempat tinggal mereka di Tel al-Hawa pada Rabu (12/5) dini hari. 

Menurut Mohammad, Reema dan anak pertamanya bernama Zeid meninggal seketika serangan udara Israel diluncurkan. Sementara, suaminya Telbani meninggal setelah sempat dirawat di unit perawatan intensif karena luka-luka yang didieritanya dan sang putri, Maryam yang masih berusia tiga tahun, hingga saat ini belum ditemukan. 

“Saya berkomunikasi dengan pemadam kebakaran dan kru pertahanan sipil di Gaza untuk membantu kami menemukan Maryam,” ujar Mohammad, dilansir Aljazirah, Jumat (14/5). 

Sehari sebelum serangan udara Israel di Gaza, Mohammad mengatakan Reema mengunjungi keluarganya untuk memberi selamat atas pertunangan kakaknya beberapa waktu lalu. Hingga saat ini, keluarga masih menyembunyikan kabar meninggalnya Reema dan Telbani, serta putra mereka dari ibu Telbani, karena khawatir ia mungkin menderita serangan jantung.

Sejak Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza pada awal pekan ini, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan setidaknya 103 orang, termasuk 27 anak-anak, telah gugur, dan 580 lainnya terluka. Sementara, ada tujuh warga Israel termasuk seorang anak telah tewas dalam serangan roket yang diluncurkan oleh Hamas, faksi politik  Palestina.

Dalam beberapa hari terakhir, ketegangan antara Israel dan Palestina telah meningkat, di mana situasi ini dikhawatirkan dapat menuju perang skala penuh. Konflik kedua belah pihak memanas sejak 10 Mei lalu, yang dipicu oleh kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur.

Saat itu, pasukan keamanan Israel menyerbu jamaah yang sedang melaksanakan ibadah shalat tarawih menjelang akhir Ramadhan. Rekaman video yang beredar pada Selasa (11/5) menunjukkan bagaimana secara langsung petugas menembakkan gas air mata dan granat kejut, membuat banyak jamaah yang merupakan warga Palestina terluka.

Cerita dari Mohammad adalah satu dari sekian banyak kisah duka serupa yang dialami warga Palestina saat ini. Saat Muslim di seluruh dunia seharusnya menyambut Idul Fitri 1442 H yang jatuh pada Kamis (13/5) kemarin dengan gembira, hal ini tidak dirasakan oleh mereka di sana.

Taman-taman yang biasa dipenuhi keluarga-keluarga yang merayakan Idul Fitri tampak sepi. Alih-alih merayakan kegembiraan dan pertemuan untuk keluarga dan teman, banyak warga Palestina haris melihat pemakaman diadakan. 

Di Gaza, banyak pelayat yang terlihat membawa jenazah dari Masjid Al-Omari pada Kamis (13/5) pagi ke kuburan di daerah ujung timur kota. Sepanjang prosesi, suara serangan udara yang membombardir dan tembakan roket terdengar hampir terus menerus.

Karena situasi yang mencekam, tak sedikit masyarakat Palestina yang saling memberikan ucapan belasungkawa melalui telepon. Beberapa warga juga telah membagikan berita tentang anggota keluarga mereka yang harus kehilangan nyawa akibat serangan udara Israel di media sosial.

Bayan Abu Sultan, adalah salah satu warga Palestina yang bercerita bahwa sepupunya Hadeel Arafa dan bibinya bernama Miami tewas saat mempersiapkan Idul Fitri di rumah mereka di lingkungan Amal di Khan Younis, ketika adanya serangan udara Israel. 

Serangan menghantam rumah Hadeel dan Miami sekitar pukul  15.00 waktu setempat pada Rabu (12/5). Tidak ada peringatan sebelumnya tentang serangan yang akan segera terjadi karena saudara laki-laki Miami sedang meneleponnya beberapa menit sebelum pemboman. 

Abu Sultan mengatakan bahwa dia dan Hadeel berencana untuk berbelanja bersama setelah Ramadhan karena sepupunya itu akan menikah beberapa hari setelah Idul Fitri. Ia menyebut Hadeel rempat menulis status di Facebook, berdoa bagi warga Palestina yang harus kehilangan nyawa dalam serangan ini.

“Saya menggigil setiap kali memikirkan betapa ketakutannya orang-orang di situasi saat ini. Saya harap mereka tidak merasakan apa-apa,” jelas Abu Sultan.

Serangan udara Israel telah menghantam markas polisi dan gedung-gedung pemerintah, tiga gedung bertingkat, pabrik es krim di timur Gaza dan sekolah Al-Salah di Deir Al-Balah di wilayah tengah Jalur Gaza.

Pada Rabu (12/5), serangan udara Israel menghancurkan menara al-Shorouq, yang menampung organisasi media. Reruntuhannya menutupi jalan Remal, jalan perbelanjaan tersibuk di Kota Gaza. Militer Israel mengatakan hanya menargetkan gedung bertingkat yang merupakan target militer dan bangunan lain adalah situs penting secara strategis milik Hamas.

Namun, menurut laporan Euro-Mediterranean Human Rights Monitor (EMHRM), serangan bom Israel secara luas mencakup objek sipil tanpa menghormati prinsip proporsionalitas. Pasukan Israel juga disebut telah memperluas tanggapan untuk mencakup penargetan puluhan objek sipil, perempuan, anak-anak dan lokasi-lokasi pertemuan padat penduduk, yang berdasarkan Statuta Roma adalah kejahatan perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement