Ahad 22 Nov 2020 14:43 WIB

Gubes: Meski Vaksinasi, Protokol 3M Harus Tetap Jalan

Protokol kesehatan tetap jalan karena diperlukan studi efektivitas vaksin

Pengabdian Masyarakat Multidisplin 2020 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia kembali menggelar webinar series ke-5 dengan Tinjauan Imunitas terhadap Virus Penyebab COVID 19 dan Herd Immunity. Webinar series ke-5 ini dilaksanakan pada Sabtu (21/11) dan sekaligus mengakhiri rangkaian dari program Sehat Lawan COVID-19 Tim Pengmas FFUI.
Foto: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Pengabdian Masyarakat Multidisplin 2020 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia kembali menggelar webinar series ke-5 dengan Tinjauan Imunitas terhadap Virus Penyebab COVID 19 dan Herd Immunity. Webinar series ke-5 ini dilaksanakan pada Sabtu (21/11) dan sekaligus mengakhiri rangkaian dari program Sehat Lawan COVID-19 Tim Pengmas FFUI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengabdian Masyarakat Multidisplin 2020 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia kembali menggelar webinar series ke-5 dengan “Tinjauan Imunitas terhadap Virus Penyebab COVID 19 dan Herd Immunity”. Webinar series ke-5 ini dilaksanakan pada Sabtu (21/11) dan sekaligus mengakhiri rangkaian dari program “Sehat Lawan COVID-19” Tim Pengmas FFUI.

Dalam webinar ini membahas tentang aspek imunitas tubuh manusia terhadap infeksi COVID-19, yakni meliputi imunitas untuk mencegah terjadinya infeksi maupun imunitas yang terbentuk pasca pemulihan COVID-19. Permasalahan yang timbul dengan terjadinya kasus infeksi berulang yang timbul pada pasien yang sebelumnya telah sembuh dari COVID-19 dijabarkan pada webinar ini. 

Selain itu, penjabaran tentang herd immunity juga dibahas berdasarkan segi tantangan dan rasionalitas penerapannya. Narasumber yang diundang kali ini yaitu Prof Dr Maksum Radji M.Biomed Apt yang merupakan Guru Besar Fakultas Farmasi UI bidang Mikrobiologi.

Topik ini diangkat untuk meluruskan terkait isu herd imunity dimana masyarakat dibiarkan terpapar. Saat ini lebih dari 57 juta orang terinfeksi dengan total kematian lebih dari 1 juta. 

Dimana Indonesia menempati posisi ke 21 dunia. Corona virus pertama diindentifikasi tahun 1960, 2003 SARSCov, 2012 MERSCoV. 2019 SARS CoV 2. SARS CoV2 menimbulkan efek berbahaya pada orang yang memilki faktor penyakit bawaan dan juga pada masyarakat di usia produktif. 

Hal ini didukung oleh proses transmisinya yaitu pasien terinfeksi namun tidak menunjukan gejala. Sehingga harus tetap melakukan protokol Kesehatan. Yaitu pola hidup bersih dan sehat (PHBS), ikuti aturan pemerintah, 3M dan kontrol ketat penyakit penyerta.

Maksum Radji menyatakan sistem pertahanan tubuh diklasifikasikan menjadi non spesifik yang menjadi pertahanan pertama yang tersusun dari fisik humoral (komplemen, interfereon, TNF) seluler (fagosit dan NK).

Selain itu ada system kekebelan lain yaitu adapative imuniti yang dapat dipicu dari paparan terhadap penyebab kuman salah satunya melalui vaksinasi ataupun paparan langsung secara alami. Sistem adaptif ini memicu pembentukan antibodi yang akan mentriger pertahanan imunitasseluler. 

Terkait herd imunnity atau kekebalan komunitas yang baru tercapai apabila 60-80 persen masyarakat suatu populasi terpapar secara alami ataupun melalui vaksinasi.  Jika dari hasil paparan alami, dari 286 juta penduduk sekitar 160-215 juta penduduk akan terinfeksi dengan kemungkinan 9.1 juta hingga 12.2 juta penduduk akan meninggal (prediksi case fatality rate (CFR) 5.7 persen).

"Mengingat tingginya CFR,  maka saat ini para peneliti didunia berkolaborasi dalam mempersiapkan vaksin," ucap dia.

Kolaborasi ini diharapkan vaksin dapat menstimulasi pembentukan antibodi terhadap penyebab COVID 19. Oleh karena itu dengan mempertimbangkan CFR tersebut, herd immunity diharapkan dapat dicapai melalui vaksin. Selain itu dengan vaksinasi, masyarakat yang telah diimunisasi menjadi pelindung bagi kelompok kecil lain yang tidak terimunisasi. 

Namun dalam proses herd imunity melalui vaksinasi, kepatuhan terhadap protokol kesehatan harus tetap berlanjut selama bertahun-tahun karena masih diperlukan studi terkait efektivitas vaksin apakah 6 bulan 1 tahun atau lebih. 

Terkait herd imunnity melalui paparan bukan vaksinasi dapat menyebabkan peningkatan kesakitan dan kematian yang menyebabkan kolapsnya sistem-sistem kesehatan. Kita harus belajar dari wabah flu spanyol dimana menginfeksi 1 miliar orang  didunia pada tahun 1918 dimana saat itu obat belum ditemukan dan menyebabkan kematian 50 juta hingga 100 juta jiwa didunia dengan kematian di Indonesia sekitar 1 juta jiwa. 

Dalam perkembangan vaksin terdapat roadmap vaksin dan vaksinasi yaitu 1 tahap penelitian vaksin (pra uji klinik, uji klnik fase 1 sampai 3, di Indonesia diberikan izin oleh BPOM dan diamati melalui psot surveillance. Jika vaksin sudah diumumkan aman oleh regulator, terdapat prioritas penerima dari pemerintah yaitu pertama tenaga Kesehatan.

Kedua, orang yang kontak erat dengan pasien positif. Ketiga, petugas publik, ASN dan keempat tenaga pendidik. Terakhir baru masyarakat umum. Terkait vaksin saat ini regulator masih menunggu hasil uji klinik fase 3 dari negara lain, dengan tujuan penjamin keamanan.

Sebagai kesimpulan, perlu ditekankan Kembali bahwa untuk pencegahan penularan sebelum adanya vaksin ataupun efek post surveillance marketing setelah vaksinasi diumumkan, tetap direkomendasikan untuk mematuhi Protokol 3M (menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak hindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun atau cairan pembersih tangan), Kesiapan pemerintah dalam memutus COVID-19, Konsistensi lembaga masyarakat untuk tetap menerapkan protokol Kesehatan, herd imunity dicapai oleh vaksinasi , gaya hidup sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement