Rabu 22 Jul 2020 00:14 WIB

Snouck Hurgronje, Orientalis Belanda yang Menyusup ke Makkah

Snouck mengucapkan dua kalimat syahadat dengan disaksikan dua orang Qadi Turki.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Fakhruddin
Snouck Hurgronje, Orientalis Belanda yang Menyusup ke Makkah. Foto: Situasi di Makkah abad ke-19 lewat foto Snouck Hurgronje
Foto: RNW
Snouck Hurgronje, Orientalis Belanda yang Menyusup ke Makkah. Foto: Situasi di Makkah abad ke-19 lewat foto Snouck Hurgronje

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada 1885, Christian Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda, berhasil memasuki Makkah. Untuk memasuki kota yang terlarang bagi non-Muslim itu, ia pura-pura memeluk Islam.

Snouck Hurgronje adalah akademisi yang lahir di Oosterhout, Belanda, 8 Februari 1857 dan meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun. Seperti ayah, kakek, dan kakek buyutnya yang merupakan pendeta Protestan, Snouck sedari kecil sudah diarahkan pada bidang teologi.

Setamatnya dari sekolah menengah, pada 1875 Snouck muda melanjutkan studi ke Universitas Leiden pada jurusan Ilmu Teologi dan Sastra Arab. Lima tahun berselang, ketika berusia 23 tahun, ia lulus dengan predikat cum laude berkat disertasi berjudul Het Mekaansche Feest (Perayaan di Makkah). 

Berganti Nama Jadi Abdul Ghafar

Disertasi itu pula lah yang mengantarkan Snouck ke Arab Saudi. Pada 1884, J.A Kruijt, Konsulat Jenderal Belanda di Jeddah, menominasikan Snouck kepada menteri negeri Jajahan Belanda, J.P. Sprenger van Eyck, untuk meneliti tentang jamaah Haji Indonesia. Snouck diminta memahami kaitan antara jamaah Haji dan kekuatan politik Islam di Nusantara yang kerap merepotkan Belanda.

Koningsveld (dalam Burhanudin, 2014) mengatakan, J.P. Sprenger van Eyck awalnya ragu dengan kemampuan Snouck, yang ketika itu baru berusia 27 tahun. Eyck akhirnya mau menerima Snouck lantaran ketakutan Pemerintah Hindia Belanda semakin membumbung terhadap kekuatan politik Islam di Nusantara, sedangkan riset terkait jamaah Haji masih sangat minim.

Snouck pun resmi ditunjuk untuk mengerjakan riset itu. Ia bertolak dari Belanda dan tiba di Jeddah pada 24 Agustus 1884. Di sana ia berkenalan dengan Raden Aboe Bakar Djajadiningrat, orang Banten yang sudah lima tahun menetap di Makkah. Snouck kemudian menjadikan Aboe Bakar asisten pribadinya.

Untuk menyukseskan penelitiannya, Snouck belajar bahasa Melayu dari Aboe Bakar. Ia juga memutuskan tinggal di rumah Aboe Bakar. Di sana, Aboe Bakar memperkenalkan Snouck dengan Sayyid 'Abd Allah al-Zawāwī (1850-1924), ulama dari Maroko. Al-Zawāwī pun menjadi pelindung Snouck tanpa mengetahu misi dia yang sesungguhnya.

Tapi, misi Snouck masih jauh dari kata berhasil. Ia belum bisa memasuki Makkah. Satu-satunya cara adalah dengan memeluk agama Islam. Pada 16 Januari 1885, Snouck mengucapkan dua kalimat syahadat dengan disaksikan dua orang Qadi Turki. Ia pun berganti nama menjadi Abdul Ghafar.

Akhirnya, tulis Hamid Algadri dalam Politik Belanda terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia (1988), Snouck berhasil memasuki Makkah. Bahkan ia terkesan bersungguh-sungguh layaknya orang yang berhaji. Ia menetap di sana sekitar enam bulan dan sukses melakukan penelitian.

Burhanudin lewat karyanya berjudul The Dutch Colonial on Islam - Reading the Intellectual Journey of Snouck Hugronje (2014), mengatakan, kesuksesan penelitan itu bukan hanya karena ia bisa memasuki Kota Makkah, tapi juga karena informasi yang disampaikan Aboe Bakar tentang tentang kehidupan sosial-intelektual dan keagamaan jamaah Haji Indonesia di Makkah. Semua hasil riset Snouck itu dijadikan buku dengan judul Mekka (1931).

Selama misinya di Makkah, tulis Ichawahudi (2011) mengutip Ensiklopedia Nasional Indonesia, Snouck memang menampilkan diri sebagai Muslim sejati. Ia bahkan disunat, melaksanakan sholat, puasa, zakat, dan naik haji.

Namun, dalam suratnya kepada Theodor Nöldeke, teman sekaligus gurunya yang merupakan ahli Islamologi dari Jerman, Snouck menyebut bahwa dirinya hanya memeluk Islam secara lahiriah. Dengan kedok sebagai Muslim itu pula lah Snouck kemudian bisa meneliti di sejumlah wilayah Indonesia guna membantu pemerintah Hindia Belanda menyusun strategi menghadapi perlawanan Islam. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement