Senin 20 Jul 2020 19:39 WIB

Dalai Lama: Manusia Cemerlang, Sekaligus Pembuat Onar

Dalai Lama mengungkapkan opininya tentang manusia dan alam

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Pemimpin spiritual Dalai Lama. Dalai Lama mengungkapkan opininya tentang manusia dan alam. Ilustrasi.
Foto: Ora TV
Pemimpin spiritual Dalai Lama. Dalai Lama mengungkapkan opininya tentang manusia dan alam. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Planet bumi adalah satu-satunya rumah bagi miliaran jiwa manusia. Pakar lingkungan mengatakan bahwa selama beberapa dekade ke depan, pemanasan global akan mencapai tingkat sedemikian rupa sehingga banyak sumber daya air akan mengering.

Ekologi dan perang melawan pemanasan global menjadi sangat penting saat ini. Guru spiritual Dalai Lama mencontohkan di mana negara tempatnya berasal Tibet, adalah sumber air utama di Asia. Sungai-sungai termasuk Indus Pakistan, Gangga India dan Brahmaputra, Sungai Kuning China, serta Sungai Mekong, mengalir dari dataran tinggi Tibet.

Baca Juga

"Jadi kita harus lebih memperhatikan pelestarian ekologi Tibet. Ini bukan hanya untuk kepentingan enam juta orang Tibet tetapi semua orang di wilayah ini," ujar Dalai Lama seperti dimuat dalam opini dilansir Time, Senin.

Dalai Lama menceritakan bahwa di masa lalu, ketika dirinya terbang di atas wilayah Afghanistan, ada tanda-tanda yang jelas bahwa apa yang dulunya adalah danau dan sungai sudah kering. Dia merasa bahwa Tibet juga akan segera menjadi seperti itu.

Dia menegaskan bahwa tidak lagi turut andil di politik Tibet. Namun mengenai ekologi Tibet dan budaya yang sangat kaya, dia tegas berkomitmen penuh.

"Kita manusia memiliki pikiran yang luar biasa dan cemerlang. Tapi kita juga pembuat onar terbesar di planet ini. Sekarang kita harus menggunakan otak kita dengan belas kasih, dan rasa peduli. Inilah sebabnya mengapa salah satu komitmen saya adalah promosi nilai-nilai kemanusiaan yang lebih dalam," ujar Pemimpin spiritual asal China itu.

Dalai Lama menjabarkan bahwa sejak lahir manusia sudah mengandalkan orang lain, terutama ibu. Sejak saat itu, keberadaan setiap individu sepenuhnya bergantung pada komunitas, karena manusia adalah makhluk sosial. Komunitas adalah sumber kebahagiaan kita, jadi kita harus menjaga komunitas sehingga kini di zaman modern konsep kemanusiaan adalah satu komunitas. 

"Timur, barat, utara, selatan: semua orang saling bergantung. Ekonomi modern tidak memiliki batasan nasional. Karena itu, sekarang kita membutuhkan rasa kesatuan dari tujuh milyar manusia," kata dia.

Di masa lalu, banyak masalah diciptakan karena terlalu banyak penekanan pada perbedaan dari satu makhluk ke makhluk lain, seperti kebangsaan dan agama. Dia menilai di zaman modern pemikiran itu sudah ketinggalan zaman. Dia mengatakan manusia harus berpikir tentang kemanusiaan, tentang seluruh dunia sebab di mana bumi berpijak di situ langit dijunjung.

"Kita harus mendengarkan ilmuwan dan spesialis. Suara dan pengetahuan mereka sangat penting. Dan umat beragama harus lebih memperhatikan para ilmuwan daripada hanya berdoa, berdoa, berdoa," kata Dalai Lama.

Dalam tradisi Buddhis Nalanda kuno, yang diikuti orang Tibet, semuanya diselidiki dan tidak diterima hanya oleh iman. Jika melalui penalaran manusia menemukan beberapa kontradiksi, bahkan dalam kata-kata Buddha sendiri, maka manusia sendiri memiliki hak untuk menolaknya. "Sejak kecil, saya selalu terlibat dalam banyak perdebatan. Pemikiran kami tidak didasarkan pada iman tetapi alasan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement