Jumat 26 Jun 2020 15:40 WIB

Studi Ungkap Covid-19 Bisa Merusak Otak

Dalam kasus parah, Covid-19 bisa sebabkan kerusakan otak hingga stroke.

Dalam kasus parah, Covid-19 bisa sebabkan kerusakan otak hingga stroke (Foto: ilustrasi Covid-19)
Foto: www.freepik.com
Dalam kasus parah, Covid-19 bisa sebabkan kerusakan otak hingga stroke (Foto: ilustrasi Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah peneliti mengungkapkan, COVID-19 dalam beberapa kasus yang sangat parah dapat merusak otak. Bahkan, bisa menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke, peradangan, psikosis, dan gejala mirip demensia pada penderita.

Temuan itu merupakan salah satu hasil studi awal yang diadakan beberapa lembaga dan universitas ke sejumlah pasien COVID-19. Hasil tersebut merupakan temuan pertama yang memberi gambaran lengkap mengenai pengaruh COVID-19 terhadap sistem saraf. Para peneliti menekankan bahwa penelitian dalam lingkup lebih luas dibutuhkan demi mengetahui cara kerja komplikasi serta membantu menemukan pengobatan yang tepat.

Baca Juga

"Ini merupakan gambaran penting mengenai komplikasi COVID-19 terkait otak pada pasien yang dirawat di rumah sakit. (Temuan) ini penting karena kami terus mengumpulkan informasi semacam ini demi memahami sepenuhnya cara kerja virus," kata salah satu ketua riset, Sarah Pett, seorang profesor di University College London, mengutip reuters, Jumat (26/6).

Kajian yang telah diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, Kamis (25/6), itu memperlihatkan secara detail 125 kasus COVID-19 di Inggris. Ketua peneliti lainnya, Benedict Michael dari Liverpool University, mengatakan, penting bagi mereka untuk fokus ke penderita COVID-19 dengan gejala sakit parah.

Data penelitian dikumpulkan sejak 2 April sampai 26 April. Periode itu merupakan saat kasus COVID-19 meningkat secara eksponensial di Inggris. Stroke jadi komplikasi penyakit otak yang cukup umum ditemui pada penderita COVID-19. Sedikitnya, 77 pasien dari total 125 pasien COVID-19 mengalami stroke.

Dari 77 orang itu, sebagian besar pasien merupakan orang lanjut usia di atas 60 tahun. Sebagian besar stroke disebabkan oleh penyumbatan darah di otak, dikenal dengan stroke iskemik.

Kajian itu juga menemukan 39 pasien dari total 125 pasien menunjukkan tanda-tanda linglung atau perubahan pada tingkah laku yang mencerminkan perubahan kondisi mental atau pikiran seseorang. Dari 39 orang itu, sembilan di antaranya mengalami disfungsi atau kegagalan fungsi otak yang tidak spesifik atau dikenal dengan istilahensefalopati.

Sementara itu, tujuh di antaranya mengalami peradangan otak atau ensefalitis. Michael mengatakan, temuan-temuan itu merupakan langkah awal yang penting untuk mengetahui pengaruh COVID-19 pada otak.

"Saat ini, kami membutuhkan kajian lebih detail untuk memahami mekanisme biologis yang mungkin terjadi, jadi kami dapat mengeksplorasi pengobatan yang berpotensi menyembuhkan penyakit," kata dia.

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement