Selasa 26 May 2020 08:57 WIB

Anto Hoed: Seniman Tradisional Paling Terdampak Covid-19

Uang memang dibutuhkan seniman tradisional, tapi mereka butuh berkesenian.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Dewan Komisaris Jakarta City Philharmonic, Anto Hoed, mengatakan, seniman tradisional di Indonesia diketahui menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak akibat adanya pandemi COVID-19 ini (Foto: Anto Hoed)
Foto: Instagram/Antohhoed
Dewan Komisaris Jakarta City Philharmonic, Anto Hoed, mengatakan, seniman tradisional di Indonesia diketahui menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak akibat adanya pandemi COVID-19 ini (Foto: Anto Hoed)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Komisaris Jakarta City Philharmonic, Anto Hoed, mengatakan, seniman tradisional di Indonesia diketahui menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak akibat adanya pandemi COVID-19 ini. Hal ini membuat pihaknya berdiskusi dengan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencari formula teknis yang tepat untuk membantu meringankan beban para seniman tradisional di Indonesia.

"Sebenarnya saya dan Pak Dirjen (Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid) pernah diskusi panjang soal ini. Soal bagaimana formatnya dan mekanismenya seperti apa. Karena seperti yang disampaikan Melly (istrinya), bahwa yang diperlukan tidak hanya uang," kata Anto dalam konferensi pers OVO KolaborArtsy x Jakarta City Philharmonic Berbagi dalam Keterbatasan, belum lama ini.

Baca Juga

Meskipun uang memang diperlukan dan menjadi kebutuhan utama untuk hidup para seniman tradisional, namun, mereka juga membutuhkan untuk berkesenian. Hal itu mengingat sebagai pekerja seni, mereka memiliki kebutuhan untuk berkesenian dan melakukan seni pertunjukkan.

Akan tetapi, dia mengakui belum menemukan format dan mekanisme yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dia mencontohkan, misalnya, dalam sebuah kasus, ada pemain band yang bertumpu pada penghasilan reguler tampil di kafe.

"Misalnya, dia ini pemain bass. Kemudian bagaimana caranya membantu mereka akibat pandemi ini? Kecuali dengan bantuan langsung tunai. Tapi kan mereka juga mau main (manggung)," kata Anto.

Kemudian, dari situ diberikan solusi dengan membuat konser virtual atau secara daring dengan tema "70's night". Di mana band bisa memainkan lagu-lagu hits pada tahun 70-an. Namun, hal itu menimbulkan kendala lain, yaitu pastinya konser virtual itu akan dikenai hak cipta atau copyright.

"Nah itu juga jadi masalah-masalah, yang mungkin menjadi tidak sesederhana itu," jelas dia.

Oleh sebab itu, dia membuka ruang kepada semua orang untuk membagi ide kreatifnya mengenai format bantuan agar para seniman kembali berkarya lagi di masa pandemi. Dia berharap, ide itu bisa mengoptimalkan bantuan dari apa yang negara miliki untuk bisa disalurkan secara merata.

Sementara Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, pihaknya saat ini telah siap membagikan dana bantuan sebanyak Rp 1 juta kepada masing-masing seniman di Indonesia yang terkena pandemi. Pada pekan ini, dia membagikannya kepada 27 ribu seniman yang telah terverifikasi.

"Soal pendataan karena sifatnya daring, kita menjaring sebanyak 38 ribu terus kita fokus kepada mereka yang berpenghasilan Rp 10 juta ke bawah dan tidak memiliki sumber penghasilan lain di luar kesenian," jelas Hilmar di kesempatan yang sama.

Hilmar mengatakan, nantinya akan ada gelombang berikutnya yang akan dibantu oleh Pemerintah. Dia juga telah menyiapkan skema jarak menengah dan jarak panjang dengan melibatkan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement